Sunday, 9 September 2018

Pergaulan SPANDEX

Malam itu, sama seperti malam-malam biasanya. Gelap. Iya gelap, segelap malam-malam biasanya. Oke skip.

Gue semakin merasa lingkungan pertemanan gue semakin sempit, ketat, dan sempit, dan ketat, dan sempit. Sesempit dan seketat kostum Spiderman berbahan spandex. Ngomong-ngomong soal Spiderman gue merasa dia adalah superhero yang digigit serangga paling keren pada kelasnya. Bayangin aja, kalo ada superhero serangga digigit sama capung dan punya kekuatan super. Kalo laba-laba kan keren tuh kayak spiderman, dia punya kemampuan laba-laba nembakin jaring buat menumpas kejahatan dan nangkepin penjahat, lah kalo digigit capung kemampuannya apa nanti ? gigitin puser penjahat biar pada ngga ngompol !!!??. Kalo digigit capung lebih kaya superhero penumpas pengompolan bukan kejahatan. Oke sekian, imajinasi liar gue.


  
Tadi gue lagi bahas soal lingkungan pergaulan gue yang gue rasa jadi semakin sempit, dan sudah tidak terlalu tertarik untuk mencari banyak teman-teman. Tapi bukan berarti gue membatasi pergaulan gue. Gue tetap memperluas kenalan-kenalan gue, dari kingdom mamalia, kingdom animalia, sampai kingdom plantae (tanaman) sekalipun. Gue berkenalan dengan segala golongan makhluk hidup yang Tuhan ciptakan. Tapi untuk menjadi teman, kayaknya gue udah ngga terlalu tertarik lagi. Ya, kecuali dia rela buat kontrak 100 juta perhari untuk jadi temen gue, gue setuju aja. Kuy daftar.

Gue bukanlah tipe orang yang percaya dengan konsep sahabat, atau padanan kata terdekatnya. Gue hanya percaya semua ada masanya, namun ada hal yang kekal, yaitu ketika gue sudah memberikan kepercayaan gue ke orang tertentu. Jadi, dibandingkan orang-orang menyebutnya dengan sahabat, gue lebih memilih untuk memberikan predikat “orang yang gue percaya”. Gue juga cukup memiliki kecemasan dalam susah untuk mempercayai seseorang. Harus melewati beberapa bagian dulu yang gue rasa bisa cukup untuk dapat gue percaya. Contohnya aja, gue ngga pernah percaya dengan pohon cerry deket rumah gue untuk jadi makhluk hidup yang gue percaya. Dia setiap gue ajak ngobrol ngga pernah respon, bahkan ketika gue mengajak bertukar rahasia, dia cuman diem aja kaya pohon. Jangan pernah mempercayakan rahasia lo sama pohon cerry ! mereka ngga asik.

Dari gue SD, SMP, SMA, MAHABRATA..eh MAHASISWA. Gue selalu memiliki daftar orang-orang yang gue percaya, dan lucunya jumlahnya selalu kurang dari 5. Mungkin kepercayaan gue terhadap seseorang juga menganut konsep 4 sehat 5 sempurna. Tapi bedanya ngga ada, tempe, sayur-mayur, dan susu dalam daftar kepercayaan gue, apalagi sama pohon cerry, SANGA TIDAK SEKALI.
Kecemasan dalam mempercayai seseorang, atau mencari teman sebanyak-banyaknya ternyata berbanding terbalik dengan bertambahnya umur. Semakin bertambah umur, maka akan semakin berkurang lingkungan pertemanan lo, dan ruang lingkup kepercayaan lo terhadap orang-orang didalamnya. Tapi, lucunya ada juga hal yang signifikan dalam perbandingan terbalik itu. Perkenalan lo akan semakin luas, sangat luas bisa dibilang. Lo bisa kenal semua umur, dan golongan tanpa ada batas tertentu, namun lo akan semakin cenderung memilih, mana yang masuk lingkup pertemanan lo dan mana yang hanya sebatas kenal.

Jadi, untuk kalian diluar sana yang sedang merasakan kecemasan yang sama atau bahkan ngga jauh beda sama gue, itu adalah hal yang wajar. Karena dewasa memang tidak sebercanda remaja, dan tidak setegang listrik (?). Tapi seseru bacain orang berantem dikolom komentar instagram. Jadi, mempersempit perteman, bukan berarti membatasi kenalan, itu pilihan kok. Selamat menikmati pendewasan pergaulan kalian, makhluk hidup yang membaca artikel ini.

Yhap, that’s all for now my ghost reader.
Don’t forget to breath and blink.

Tuesday, 21 August 2018

Kesepakatan dengan Waktu

Sudah lama sekali posting sampah tidak gue lakukan. Terakhir gue posting belum ada sinetron anak jalanan, dan acara televisi masih didominasi serial-serial India. Bulu kaki mang Ujo tokoh fiksi yang baru aja gue buat juga sudah semakin rindang. Terkadang satuan waktu itu bisa diukur dari proses yang telah kita lewati, atau bahkan dari situasi dan kondisi yang telah berubah. Sekarang semakin paham, makna dari teori relativitas Albert likumahuwa…maksud gue Albert Einstein.

Yoo, sup all of my ghost reader !!?
Pemimpin kalian telah kembali, setelah dia kehilangan jati diri kepenulisannya. Jiwa gue hampir hilang direnggut sama kebiasaan konsumtif kuota untuk menonton video. Sungguh patrick sekali pemimpin kalian ini. (Patrick : temen Spongebob yang ngga punya otak, kasarnya dia Bego, maaf aku kasar, janji ngga lagi ngomong bego, eh maaf janji gamongong kasar, gabakal ngomong beg…. ).

Yea, mengumpulkan jiwa kepenulisan itu cukup sulit, walaupun hal yang gue bagi kebanyakan lebih buruk dari sampah. Sekarang ini gue lagi mau membagikan imajinasi liar gue mengenai suatu satuan yang manusia gunakan untuk mengukur keakuratan suatu hal atau rentang yang dipakai untuk mengetahui ketepatan dan keseragaman suatu situasi atau kondisi, atau simpelnya disebut “waktu”.

 
( Credit : DepositPhotos )

Gue sekarang adalah mahasiswa tingkat akhir disalah satu Perguruan Tinggi Negeri yang bukan favorit. Tapi belakangan kampus tempat gue tuker tambah uang dengan ilmu ini lagi naik delman, eh…daun maksud gue. Kalau gue inget 2 tahun lalu ketika gue mengatakan kampus gue di UNTIRTA orang pasti akan bertanya, “itu kampus negeri bukan ?”. Tapi sekarang sudah 62% orang tau kampus gue dimana ketika gue menjawab “kampus gue di UNTIRTA”. Persentase ini gue ambil berdasarkan basa-basi Ojek Online yang gue gunakan jasanya selama 2 tahun terakhir. Jadi, untuk kalian yang ingin mengetahui tingkat popularitas kampus kalian, tanyakanlah pada Ojek Online terdekat kesayanganmu.

Setelah gue mulai dunia perkuliahan gue di tahun 2014 dengan cukuran kepala botak pertama sejak bayi, akhirnya…gue belum lulus juga, dan sekarang menginjak semester 9. Bukan karena gue ngga mau lulus cepet, tapi emang dasarnya gue cukup patrick untuk lulus cepat, dan gue suka dengan angka 9. Gue pikir alasan gue cukup kuat ! tapi tahukah kawan ? skripsi itu mencacingkan ! maksut gue menyenangkan, asyik, cihuy !

Gue sedang sayang-sayangnya dengan skripsi gue. Setiap tidur gue selalu memikirkan dia, dan membawanya kedalam mimpi, ngga jarang gue deg-deggan kalo dikedipin sama skripsi. Saking sayangnya gue sama skripsi, gue membiarkan  dia beristirahat. SKRIPSI juga butuh liburan, bung !

Gue dalam pengerjaan pengolahan data penelitian yang sangat seru itu. Angkanya membuat gue berimajinasi gue adalah Alan Turing yang sedang dalam perang dunia untuk memecahkan Enigma kode sandi tentara Nazi tentang armada perang balistik yang melakukan penyerangan sesuai kordinat yang setiap harinya berubah-ubah, Immitation Game. Tapi sayangnya gue bukan si Mr. Alan, jadi setiap masuk ke dunia angka, gue berakhir dengan imajinasi gue dan begitu sadar, gue dalam kondisi terbangun dari tidur. PATRICK !

Gue menghabiskan 2 semester untuk merampungkan penelitian dan skripsi gue ini. Membuat gue berpikir untuk test PTN ulang. Semakin gue dewasa gue semakin paham kenapa orang tua itu mengatakan “waktu itu terlalu cepat jika hanya untuk bersenang-senang dan terlalu lambat jika kita menyadari waktu telah berjalan cepat”. Orang tua yang berkata seperti itu adalah Mang Ujo si tokoh fiksi karangan gue yang berambut belah pinggir dengan cukuran undercut.

Imajinasi gue mengenai waktu seolah terus berontak berdasarkan waktu yang telah gue lewati, dan membuat gue semakin mencari arti, kenapa ada satuan yang mengukur segala kegiatan untuk menilai cepat atau lambat. Ternyata hal ini membuat gue semakin paham, bahwa satuan itu kitalah yang membuatnya sendiri berdasarkan kesepakatan kita dengan hal yang kita lakukan. Dengan kata lain, ketepatan itu, bisa dimuat oleh kesepakan dirimu sendiri dengan waktu yang kamu lewati, dan menafsirkannya kedalam kategori “cepat”, “tepat”, atau “terlambat”.

Ada satu hal lagi yang lebih menarik dibandingkan dengan mengkategorikan waktu. Yaitu adalah bagaimana diri kalian menikmati waktu yang kalian lewati. Nah, ini adalah hal yang cukup rumit untuk gue. Karena kenikmatan waktu yang kita lewati bukan hanya berdasarkan kesepakatan pihak kita dengan waktu, tetapi juga dengan pihak ketiga, yaitu orang-orang disekitar dan juga lingkungan. Pihak ketiga ini memiliki andil besar, karena mereka terdiri dari dua unsur yang membentuk suatu sistem yang mempengaruhi satu sama lain sehingga jadi satu kesatuan. Agak ribet ya ? yaudah jangan dipaksain, kasian otaknya nanti jadi lebih murah dikit lagi, udah bagus mahal kaya gitu otaknya, biar kaya otak gue, masih bersih, rapih dan jarang digunakan. Kondisi mulus, minus neuron, minat ? email gue. *lahh

Gue masih belajar untuk menikmati setiap waktu yang gue lewati dan berdamai dengan setiap hal yang tidak gue sukai yang ikut masuk dalam konsumsi waktu gue. Biar nantinya segala hal yang pernah gue alami akan lebih sedikit tersesali dan lebih banyak untuk dihargai. Yakali mandi di kali, nanti malah dikira gila lagi, yaudahlah namanya juga laki-laki pasti sukanya bukan yang manis kaya gulali, tapi yang lebih manis kaya kamu (?). PATRICK !!

Waktu emang tidak pernah bisa diulang, tapi waktu bisa terus berulang selama kalian hidup. Nikmatin setiap waktu yang kalian lewati, buat kesepakatan dengan satuan ini !

SO, THAT’S ALL FOR NOW MY SHAWTIE GHOSTIE
DON’T FORGET TO BREATH AND BLINK.
ENJOY YOUR TIME !