Sudah lama sekali posting
sampah tidak gue lakukan. Terakhir gue posting belum ada sinetron anak jalanan,
dan acara televisi masih didominasi serial-serial India. Bulu kaki mang Ujo
tokoh fiksi yang baru aja gue buat juga sudah semakin rindang. Terkadang satuan
waktu itu bisa diukur dari proses yang telah kita lewati, atau bahkan dari
situasi dan kondisi yang telah berubah. Sekarang semakin paham, makna dari
teori relativitas Albert likumahuwa…maksud gue Albert Einstein.
Yoo, sup all of my ghost
reader !!?
Pemimpin kalian telah
kembali, setelah dia kehilangan jati diri kepenulisannya. Jiwa gue hampir
hilang direnggut sama kebiasaan konsumtif kuota untuk menonton video. Sungguh
patrick sekali pemimpin kalian ini. (Patrick : temen Spongebob yang ngga punya otak,
kasarnya dia Bego, maaf aku kasar, janji ngga lagi ngomong bego, eh maaf janji
gamongong kasar, gabakal ngomong beg…. ).
Yea, mengumpulkan jiwa
kepenulisan itu cukup sulit, walaupun hal yang gue bagi kebanyakan lebih buruk
dari sampah. Sekarang ini gue lagi mau membagikan imajinasi liar gue mengenai
suatu satuan yang manusia gunakan untuk mengukur keakuratan suatu hal atau
rentang yang dipakai untuk mengetahui ketepatan dan keseragaman suatu situasi
atau kondisi, atau simpelnya disebut “waktu”.
( Credit : DepositPhotos )
Gue sekarang adalah
mahasiswa tingkat akhir disalah satu Perguruan Tinggi Negeri yang bukan
favorit. Tapi belakangan kampus tempat gue tuker tambah uang dengan ilmu ini
lagi naik delman, eh…daun maksud gue. Kalau gue inget 2 tahun lalu ketika gue
mengatakan kampus gue di UNTIRTA orang pasti akan bertanya, “itu kampus negeri
bukan ?”. Tapi sekarang sudah 62% orang tau kampus gue dimana ketika gue
menjawab “kampus gue di UNTIRTA”. Persentase ini gue ambil berdasarkan
basa-basi Ojek Online yang gue gunakan jasanya selama 2 tahun terakhir. Jadi,
untuk kalian yang ingin mengetahui tingkat popularitas kampus kalian,
tanyakanlah pada Ojek Online terdekat kesayanganmu.
Setelah gue mulai dunia
perkuliahan gue di tahun 2014 dengan cukuran kepala botak pertama sejak bayi,
akhirnya…gue belum lulus juga, dan sekarang menginjak semester 9. Bukan karena
gue ngga mau lulus cepet, tapi emang dasarnya gue cukup patrick untuk lulus
cepat, dan gue suka dengan angka 9. Gue pikir alasan gue cukup kuat ! tapi
tahukah kawan ? skripsi itu mencacingkan ! maksut gue menyenangkan, asyik,
cihuy !
Gue sedang sayang-sayangnya
dengan skripsi gue. Setiap tidur gue selalu memikirkan dia, dan membawanya
kedalam mimpi, ngga jarang gue deg-deggan kalo dikedipin sama skripsi. Saking
sayangnya gue sama skripsi, gue membiarkan
dia beristirahat. SKRIPSI juga butuh liburan, bung !
Gue dalam pengerjaan
pengolahan data penelitian yang sangat seru itu. Angkanya membuat gue
berimajinasi gue adalah Alan Turing yang sedang dalam perang dunia untuk
memecahkan Enigma kode sandi tentara Nazi tentang armada perang balistik yang
melakukan penyerangan sesuai kordinat yang setiap harinya berubah-ubah, Immitation Game. Tapi sayangnya gue
bukan si Mr. Alan, jadi setiap masuk ke dunia angka, gue berakhir dengan
imajinasi gue dan begitu sadar, gue dalam kondisi terbangun dari tidur. PATRICK
!
Gue menghabiskan 2 semester
untuk merampungkan penelitian dan skripsi gue ini. Membuat gue berpikir untuk
test PTN ulang. Semakin gue dewasa gue semakin paham kenapa orang tua itu mengatakan
“waktu itu terlalu cepat jika hanya untuk bersenang-senang dan terlalu lambat
jika kita menyadari waktu telah berjalan cepat”. Orang tua yang berkata seperti
itu adalah Mang Ujo si tokoh fiksi karangan gue yang berambut belah pinggir
dengan cukuran undercut.
Imajinasi gue mengenai waktu
seolah terus berontak berdasarkan waktu yang telah gue lewati, dan membuat gue
semakin mencari arti, kenapa ada satuan yang mengukur segala kegiatan untuk
menilai cepat atau lambat. Ternyata hal ini membuat gue semakin paham, bahwa
satuan itu kitalah yang membuatnya sendiri berdasarkan kesepakatan kita dengan
hal yang kita lakukan. Dengan kata lain, ketepatan itu, bisa dimuat oleh
kesepakan dirimu sendiri dengan waktu yang kamu lewati, dan menafsirkannya
kedalam kategori “cepat”, “tepat”, atau “terlambat”.
Ada satu hal lagi yang lebih
menarik dibandingkan dengan mengkategorikan waktu. Yaitu adalah bagaimana diri
kalian menikmati waktu yang kalian lewati. Nah, ini adalah hal yang cukup rumit
untuk gue. Karena kenikmatan waktu yang kita lewati bukan hanya berdasarkan
kesepakatan pihak kita dengan waktu, tetapi juga dengan pihak ketiga, yaitu
orang-orang disekitar dan juga lingkungan. Pihak ketiga ini memiliki andil
besar, karena mereka terdiri dari dua unsur yang membentuk suatu sistem yang
mempengaruhi satu sama lain sehingga jadi satu kesatuan. Agak ribet ya ? yaudah
jangan dipaksain, kasian otaknya nanti jadi lebih murah dikit lagi, udah bagus
mahal kaya gitu otaknya, biar kaya otak gue, masih bersih, rapih dan jarang
digunakan. Kondisi mulus, minus neuron, minat ? email gue. *lahh
Gue masih belajar untuk
menikmati setiap waktu yang gue lewati dan berdamai dengan setiap hal yang
tidak gue sukai yang ikut masuk dalam konsumsi waktu gue. Biar nantinya segala
hal yang pernah gue alami akan lebih sedikit tersesali dan lebih banyak untuk
dihargai. Yakali mandi di kali, nanti malah dikira gila lagi, yaudahlah namanya
juga laki-laki pasti sukanya bukan yang manis kaya gulali, tapi yang lebih
manis kaya kamu (?). PATRICK !!
Waktu emang tidak pernah
bisa diulang, tapi waktu bisa terus berulang selama kalian hidup. Nikmatin
setiap waktu yang kalian lewati, buat kesepakatan dengan satuan ini !
SO, THAT’S ALL FOR NOW MY
SHAWTIE GHOSTIE
DON’T FORGET TO BREATH AND
BLINK.
ENJOY YOUR TIME !