Tuesday, 21 August 2018

Kesepakatan dengan Waktu

Sudah lama sekali posting sampah tidak gue lakukan. Terakhir gue posting belum ada sinetron anak jalanan, dan acara televisi masih didominasi serial-serial India. Bulu kaki mang Ujo tokoh fiksi yang baru aja gue buat juga sudah semakin rindang. Terkadang satuan waktu itu bisa diukur dari proses yang telah kita lewati, atau bahkan dari situasi dan kondisi yang telah berubah. Sekarang semakin paham, makna dari teori relativitas Albert likumahuwa…maksud gue Albert Einstein.

Yoo, sup all of my ghost reader !!?
Pemimpin kalian telah kembali, setelah dia kehilangan jati diri kepenulisannya. Jiwa gue hampir hilang direnggut sama kebiasaan konsumtif kuota untuk menonton video. Sungguh patrick sekali pemimpin kalian ini. (Patrick : temen Spongebob yang ngga punya otak, kasarnya dia Bego, maaf aku kasar, janji ngga lagi ngomong bego, eh maaf janji gamongong kasar, gabakal ngomong beg…. ).

Yea, mengumpulkan jiwa kepenulisan itu cukup sulit, walaupun hal yang gue bagi kebanyakan lebih buruk dari sampah. Sekarang ini gue lagi mau membagikan imajinasi liar gue mengenai suatu satuan yang manusia gunakan untuk mengukur keakuratan suatu hal atau rentang yang dipakai untuk mengetahui ketepatan dan keseragaman suatu situasi atau kondisi, atau simpelnya disebut “waktu”.

 
( Credit : DepositPhotos )

Gue sekarang adalah mahasiswa tingkat akhir disalah satu Perguruan Tinggi Negeri yang bukan favorit. Tapi belakangan kampus tempat gue tuker tambah uang dengan ilmu ini lagi naik delman, eh…daun maksud gue. Kalau gue inget 2 tahun lalu ketika gue mengatakan kampus gue di UNTIRTA orang pasti akan bertanya, “itu kampus negeri bukan ?”. Tapi sekarang sudah 62% orang tau kampus gue dimana ketika gue menjawab “kampus gue di UNTIRTA”. Persentase ini gue ambil berdasarkan basa-basi Ojek Online yang gue gunakan jasanya selama 2 tahun terakhir. Jadi, untuk kalian yang ingin mengetahui tingkat popularitas kampus kalian, tanyakanlah pada Ojek Online terdekat kesayanganmu.

Setelah gue mulai dunia perkuliahan gue di tahun 2014 dengan cukuran kepala botak pertama sejak bayi, akhirnya…gue belum lulus juga, dan sekarang menginjak semester 9. Bukan karena gue ngga mau lulus cepet, tapi emang dasarnya gue cukup patrick untuk lulus cepat, dan gue suka dengan angka 9. Gue pikir alasan gue cukup kuat ! tapi tahukah kawan ? skripsi itu mencacingkan ! maksut gue menyenangkan, asyik, cihuy !

Gue sedang sayang-sayangnya dengan skripsi gue. Setiap tidur gue selalu memikirkan dia, dan membawanya kedalam mimpi, ngga jarang gue deg-deggan kalo dikedipin sama skripsi. Saking sayangnya gue sama skripsi, gue membiarkan  dia beristirahat. SKRIPSI juga butuh liburan, bung !

Gue dalam pengerjaan pengolahan data penelitian yang sangat seru itu. Angkanya membuat gue berimajinasi gue adalah Alan Turing yang sedang dalam perang dunia untuk memecahkan Enigma kode sandi tentara Nazi tentang armada perang balistik yang melakukan penyerangan sesuai kordinat yang setiap harinya berubah-ubah, Immitation Game. Tapi sayangnya gue bukan si Mr. Alan, jadi setiap masuk ke dunia angka, gue berakhir dengan imajinasi gue dan begitu sadar, gue dalam kondisi terbangun dari tidur. PATRICK !

Gue menghabiskan 2 semester untuk merampungkan penelitian dan skripsi gue ini. Membuat gue berpikir untuk test PTN ulang. Semakin gue dewasa gue semakin paham kenapa orang tua itu mengatakan “waktu itu terlalu cepat jika hanya untuk bersenang-senang dan terlalu lambat jika kita menyadari waktu telah berjalan cepat”. Orang tua yang berkata seperti itu adalah Mang Ujo si tokoh fiksi karangan gue yang berambut belah pinggir dengan cukuran undercut.

Imajinasi gue mengenai waktu seolah terus berontak berdasarkan waktu yang telah gue lewati, dan membuat gue semakin mencari arti, kenapa ada satuan yang mengukur segala kegiatan untuk menilai cepat atau lambat. Ternyata hal ini membuat gue semakin paham, bahwa satuan itu kitalah yang membuatnya sendiri berdasarkan kesepakatan kita dengan hal yang kita lakukan. Dengan kata lain, ketepatan itu, bisa dimuat oleh kesepakan dirimu sendiri dengan waktu yang kamu lewati, dan menafsirkannya kedalam kategori “cepat”, “tepat”, atau “terlambat”.

Ada satu hal lagi yang lebih menarik dibandingkan dengan mengkategorikan waktu. Yaitu adalah bagaimana diri kalian menikmati waktu yang kalian lewati. Nah, ini adalah hal yang cukup rumit untuk gue. Karena kenikmatan waktu yang kita lewati bukan hanya berdasarkan kesepakatan pihak kita dengan waktu, tetapi juga dengan pihak ketiga, yaitu orang-orang disekitar dan juga lingkungan. Pihak ketiga ini memiliki andil besar, karena mereka terdiri dari dua unsur yang membentuk suatu sistem yang mempengaruhi satu sama lain sehingga jadi satu kesatuan. Agak ribet ya ? yaudah jangan dipaksain, kasian otaknya nanti jadi lebih murah dikit lagi, udah bagus mahal kaya gitu otaknya, biar kaya otak gue, masih bersih, rapih dan jarang digunakan. Kondisi mulus, minus neuron, minat ? email gue. *lahh

Gue masih belajar untuk menikmati setiap waktu yang gue lewati dan berdamai dengan setiap hal yang tidak gue sukai yang ikut masuk dalam konsumsi waktu gue. Biar nantinya segala hal yang pernah gue alami akan lebih sedikit tersesali dan lebih banyak untuk dihargai. Yakali mandi di kali, nanti malah dikira gila lagi, yaudahlah namanya juga laki-laki pasti sukanya bukan yang manis kaya gulali, tapi yang lebih manis kaya kamu (?). PATRICK !!

Waktu emang tidak pernah bisa diulang, tapi waktu bisa terus berulang selama kalian hidup. Nikmatin setiap waktu yang kalian lewati, buat kesepakatan dengan satuan ini !

SO, THAT’S ALL FOR NOW MY SHAWTIE GHOSTIE
DON’T FORGET TO BREATH AND BLINK.
ENJOY YOUR TIME !