Malam itu, sama
seperti malam-malam biasanya. Gelap. Iya gelap, segelap malam-malam biasanya.
Oke skip.
Gue semakin merasa
lingkungan pertemanan gue semakin sempit, ketat, dan sempit, dan ketat, dan
sempit. Sesempit dan seketat kostum Spiderman berbahan spandex. Ngomong-ngomong
soal Spiderman gue merasa dia adalah superhero yang digigit serangga paling
keren pada kelasnya. Bayangin aja, kalo ada superhero serangga digigit sama
capung dan punya kekuatan super. Kalo laba-laba kan keren tuh kayak spiderman,
dia punya kemampuan laba-laba nembakin jaring buat menumpas kejahatan dan
nangkepin penjahat, lah kalo digigit capung kemampuannya apa nanti ? gigitin
puser penjahat biar pada ngga ngompol !!!??. Kalo digigit capung lebih kaya
superhero penumpas pengompolan bukan kejahatan. Oke sekian, imajinasi liar gue.
Tadi gue lagi bahas
soal lingkungan pergaulan gue yang gue rasa jadi semakin sempit, dan sudah
tidak terlalu tertarik untuk mencari banyak teman-teman. Tapi bukan berarti gue
membatasi pergaulan gue. Gue tetap memperluas kenalan-kenalan gue, dari kingdom
mamalia, kingdom animalia, sampai kingdom plantae (tanaman) sekalipun. Gue
berkenalan dengan segala golongan makhluk hidup yang Tuhan ciptakan. Tapi untuk
menjadi teman, kayaknya gue udah ngga terlalu tertarik lagi. Ya, kecuali dia
rela buat kontrak 100 juta perhari untuk jadi temen gue, gue setuju aja. Kuy
daftar.
Gue bukanlah tipe
orang yang percaya dengan konsep sahabat, atau padanan kata terdekatnya. Gue
hanya percaya semua ada masanya, namun ada hal yang kekal, yaitu ketika gue
sudah memberikan kepercayaan gue ke orang tertentu. Jadi, dibandingkan
orang-orang menyebutnya dengan sahabat, gue lebih memilih untuk memberikan
predikat “orang yang gue percaya”. Gue juga cukup memiliki kecemasan dalam susah
untuk mempercayai seseorang. Harus melewati beberapa bagian dulu yang gue rasa
bisa cukup untuk dapat gue percaya. Contohnya aja, gue ngga pernah percaya
dengan pohon cerry deket rumah gue untuk jadi makhluk hidup yang gue percaya.
Dia setiap gue ajak ngobrol ngga pernah respon, bahkan ketika gue mengajak
bertukar rahasia, dia cuman diem aja kaya pohon. Jangan pernah mempercayakan
rahasia lo sama pohon cerry ! mereka ngga asik.
Dari gue SD, SMP, SMA,
MAHABRATA..eh MAHASISWA. Gue selalu memiliki daftar orang-orang yang gue
percaya, dan lucunya jumlahnya selalu kurang dari 5. Mungkin kepercayaan gue
terhadap seseorang juga menganut konsep 4 sehat 5 sempurna. Tapi bedanya ngga
ada, tempe, sayur-mayur, dan susu dalam daftar kepercayaan gue, apalagi sama
pohon cerry, SANGA TIDAK SEKALI.
Kecemasan dalam
mempercayai seseorang, atau mencari teman sebanyak-banyaknya ternyata
berbanding terbalik dengan bertambahnya umur. Semakin bertambah umur, maka akan
semakin berkurang lingkungan pertemanan lo, dan ruang lingkup kepercayaan lo
terhadap orang-orang didalamnya. Tapi, lucunya ada juga hal yang signifikan
dalam perbandingan terbalik itu. Perkenalan lo akan semakin luas, sangat luas
bisa dibilang. Lo bisa kenal semua umur, dan golongan tanpa ada batas tertentu,
namun lo akan semakin cenderung memilih, mana yang masuk lingkup pertemanan lo
dan mana yang hanya sebatas kenal.
Jadi, untuk kalian
diluar sana yang sedang merasakan kecemasan yang sama atau bahkan ngga jauh
beda sama gue, itu adalah hal yang wajar. Karena dewasa memang tidak sebercanda
remaja, dan tidak setegang listrik (?). Tapi seseru bacain orang berantem
dikolom komentar instagram. Jadi, mempersempit perteman, bukan berarti
membatasi kenalan, itu pilihan kok. Selamat menikmati pendewasan pergaulan
kalian, makhluk hidup yang membaca artikel ini.
Yhap, that’s all for
now my ghost reader.
Don’t forget to breath
and blink.