Thursday, 10 September 2015

Komplikasi Kemarau

Yo.. wasssupp, Ghossup !
I ma back. Hasrat menulis gua akhir-akhir ini lagi menurun, mungkin karena sekarang lagi musim kemarau. Kering banget, mirip kaya suasana hati kalian…. dan gua. Ngok*
Kalo gua liat-liat musim kemarau ini, gua jadi ingat masa kecil gua. Dimana semua bagian tubuh gua masih pada kecil. Stop !, tidak perlu dibayangkan.

Gua  adalah salah satu orang dari generasi 90an, ya mungkin gua boleh bersyukur sedikit karena itu. Gua adalah anak yang pernah merasakan yang namanya punya slogan “Pantang pulang setelah maghrib”. Ya, Di zaman waktu gua masih suka meper ingus ke dinding-dinding terdekat, setiap gua main dari jam 4 sore, gua pasti akan selalu balik kerumah sebelum maghrib berkumandang. Hari-hari gua kebanyakan diisi dengan mencari bunglon, main bola, ataupun ngancurin sarang lebah. Nah, yang pilihan terakhir itu gua lakuin bareng kawan-kawan gua untuk melatih daya “kabur” kita ketika menghadapi masalah serius.

Dulu, dekat rumah gua masih banyak lapangan. Bahkan deket rumah gua ada kebun kelapa sawit, dan sampai-sampai ada sebuah gosip entah darimana asalnya orang itu buat kisah kalau di kebun kelapa sawit itu ada tinggal seekor panda tua yang hanya muncul ketika sore hari. Gua adalah salah satu korban dari gosip tidak bertanggung jawab itu. Gua dan temen-temen gua sampai pernah menunggu dari jam 4 sore sampai setengah 6 untuk melihat penampakan panda misterius itu. Setelah gua pikir sekarang, APA HUBUNGANNYA KEBUN KELAPA SAWIT SAMA PANDA !? Emang panda bisa manjat pohon kelapa sawit !? dan itu adalah waktu paling tak berguna yang pernah gua habiskan bersama dengan teman-teman seperbodohan gua itu.

Gua adalah salah satu anak yang tidak memiliki skill terbaik untuk menerbangkan suatu layangan, dulu waktu temen gua nitipin layangannya, malah gua ulur terus sampai itu layangan tinggi banget dan akhirnya jatuh entah dimana, karena gua ngga pernah narik itu layangan. Mungkin itu alasan kenapa ketika gua punya pasangan pasti gua ngga pernah bisa memegang mereka dengan erat, dan berakhir dengan tidak semestinya… tinky winky, dipsy, lala, poo…. *ngok

Sekalinya gua bisa berhasil menerbangkan layangan dengan mantap, gua ngga rela buat nurunin layangannya dan gua lebih milih mutusin layangannya. Agar ia selalu terbang di angkasa dan menyebarkan kabar akan siapa yang telah menerbangkannya. Sungguh, ini adalah salah satu dari sekian banyak pemikiran bodoh gua diwaktu kecil. Padahal itu layangan pasti bakal jatuh juga, kaya peribahasa “Sepandai-pandainya layangan terbang, akhirnya akan jatuh juga”. Mungkin layangan yang gua putusin itu jadi korban arak-arakan anak kecil yang mengejar layangan putus dengan membabi buta, dan mungkin ada beberapa korban luka-luka yang kepeleset masuk comberan, atau sendalnya putus karena udah ngga kuat lagi menahan tekanan dari kakinya. Ya, pada akhirnya yang tertekan pasti ngga akan betah dan berakhir dengan putus… fakyaa.

Tapi biarpun gua sering main waktu kecil, tapi gua tetep inget untuk belajar… belajar bermain bola, belajar main kelereng, belajar boong pas ketahuan nyuri mangga. Yang terakhir itu bukan belajar, tapi bakat. Gua diwaktu kecil sering kagum dengan orang-orang yang jago gambar, dan itu masih berlaku sampai sekarang. Nyokap gua sering beliin buku gambar, dan gua bisa menuhin buku gambar itu dalam waktu dua hari. Ketika gua melihat buku gambar yang berisi banyak gambar “abstrak” gua waktu kecil, gua cuman tersenyum iba kecil, karena gua berpikir ‘gila ! kasian banget kalo gua ngegambar muka orang waktu kecil. Kepalanya botak semua dan ngga punya hidung, kaya voldemort dengan muka bahagia’. Tapi untungnya sekarang gua udah ngga sesadis itu ngegambar muka orang. Setidaknya udah punya rambut dan hidung, kalo bisa dibilang udah masuk standar muka seorang manusia.

Di  musim kemarau ini juga banyak dampak negatif yang gua rasakan. Intensitas gua untuk beli minuman dingin jadi lebih tinggi. Dan bahayanya lagi kekeringan yang melanda sebagian besar penduduk Indonesia juga membuat beberapa pahlawan enggan tinggal berlama-lama di dompet gua. Mereka selalu pergi, dan sekarang gua ngerti apa arti kemarau sesungguhnya. Kemarau dompet adalah kemarau paling menyeramkan setelah kemarau hati. Fakyaa.

Dimusim kemarau seperti inilah, orang akan lebih mudah untuk dehidrasi dan punya banyak fantamorgana liar. Kaya misalkan di saat panas terik siang hari, ketika pandangan seakan kabur akibat uap panas yang dipancarkan matahari yang membuat lo seakan ketemu Yoona SNSD dengan senyum menyejukan sambil membawa jus jeruk dan donat mint isi stroberi. Tetapi ketika lo sadar ternyata Yoona itu adalah ibu kosan lo yang udah berdiri gagah menunggu lo untuk bayar uang kosan. Kayanya, mending hidup di dunia fantamorgana aja, kalo ketemu yang begituan.

***

Oke, bisa dibilang gua adalah orang yang menyukai musim hujan daripada kemarau. Walaupun nantinya akan ada banyak baju yang ngga kering sempurna dan menyebarkan bau sedap khas baju apek. Karena menurut gua musim dingin lebih nyaman…untuk tidur. Musim hujan juga suka membawa gua ke beberapa memori yang buat gua ketawa-ketawa atau senyum-senyum sendiri kaya orang normal yang belajar jadi orang gila.

Entah kenapa, di musim kemarau inilah tingkat kejenuhan gua jadi tinggi, dan mudah untuk mengeluh. Beberapa orang terdekat gua sudah mulai menanyakan gua, kenapa tampang gua males bener kaya bulldog. Gua cuman menjawab “gua butuh sesuatu yang baru, gua lagi mikir apa itu”. Beberapa temen gua bahkan merekomendasikan gua untuk cari pasangan, dan yang ngusulin ini bukan cuman satu orang temen doang, bahkan kakak kedua gua menyarankan hal yang sama. Gua cuman bisa menjawab usulan mereka dengan tatapan datar. Sejauh pemikiran ini gua ngga pernah mikir sampai kesana, apa mungkin beberapa orang didekat gua udah mulai prihatin sama gua, karena tangan gua yang udah mulai dipenuhin sarang laba-laba dan  ada label UNESCO karena tangan gua udah mirip kaya artefak kuno yang ngga terawat.

Sialnya lagi akhir-akhir ini pemandangan di kampus lagi dipenuhin sama banyak pasangan yang berkeliaran dan memamerkan sifat kepacaran mereka, gua merasa seakan mereka seperti memberikan sugesti halus kepada gua untuk menerima usulan itu. Sial… Kemarau ini udah merasuk keseluruh organ tubuh gua, ternyata selain musim hujan yang meningkatkan hasrat seorang pria untuk modus, musim dingin juga bisa membangkitkan hasrat seorang pria untuk mencari objek modus.

Entahlah gua akan mengakhiri musim kemarau ini dengan kekeringan atau malah gua bisa mengakhiri musim kemarau ini dengan menemukan sesuatu yang baru yang sedang gua cari. Apapun bentuk baru yang nantinya akan gua temukan, gua harap itu bisa jadi jawaban gua kenapa Bekasi masih suka dibully sampai sekarang/ngok.

So, That’s all my ghost reader.
I hope you’ll come back again and wasting your time again.
Do not forget to breath and blink, and stay alive !

No comments:

Post a Comment

Komentarlah sewajarnya, sebelum komentar itu dilarang.