Yo wasssup ghost reader !!
I have a
poetry for y’all, rapapapapap check it !
Stone is grey,
Star is so bright.
You may be not
cozy, when your life is so straight (?)
Yop, tanpa
terasa gua sekarang udah semester 5, dan sudah bisa dibilang sebagai mahasiswa
tingkat menengah akhir. Mahasiswa yang jenggotnya udah semakin lebat, dan
semakin mirip kambing. Indikator kelebatan jenggot ini hanya berlaku untuk
pria, ingat untuk PRIA !. Tapi, beberapa tahun belakangan teori gua tentang
korelasi jenggot lebat dengan semester yang ditempuh mahasiswa sudah
terpatahkan.
Gua pernah
bertemu beberapa mahasiswa yang tergolong baru dalam hingar-bingar dunia
perkuliahan. Ada beberapa mahasiswa baru, atau yang disingkat maba yang
memiliki jenggot lebih banyak dari yang
seharusnya mereka miliki. Bahkan beberapa juga ada yang memasuki tahap
“Aladeen”. Yop, mereka brewokan mirip kayak tokoh Aladeen di film The Dictator.
Beberapa saat kalo berbicara dengan mereka, gua berpikir, jenis pupuk apa yang
mereka gunakan untuk sabun muka.
Perkembangan
zaman membuat teori gua akan semakin melemah, ditambah lagi sekarang udah
banyak berkeliaran minyak-minyak atau kream yang digunakan untuk membuat brewok
jadi tumbuh, dan tingkat ke pria-indiaan akan semakin meningkat. Contohnya aja
kream W*AK Doyok, namanya agak aneh tapi begitulah strategi pemasaran, kalo ngga
eksentrik ngga bakal digubris.
Ya, tapi bisa
dibilang juga jenggot itu didapat dari “faktor keturunan”. Maka dari itulah
teori gua mengenai korelasi jenggot lebat dengan semester yang ditempuh
mahasiswa pria sudah terpatahkan. Ternyata gua masih butuh lebih banyak waktu
penelitian sebelum menentukan tesis. Jadi, jika kalian bertemu beberapa orang
berjenggot lebat belum tentu juga, mereka adalah mahasiswa bersemester banyak.
Karena ada beberapa mahasiswa juga yang menyembunyikan jati diri mereka dengan,
mencukur jenggot mereka.
Mungkin ada
beberapa pertanyaan yang menanggapi teori tidak penting gua ini, atau jika
tidak ada, setidaknya gua punya tanggapan pertanyaan sendiri yang gua miliki.
Pertanyaanya adalah “kenapa jenggot yang dijadikan indikator ?, kenapa bukan
kumis ?, kenapa bukan bulu mata ? kenapa bukan bulu kaki ?”. Jawabannya cukup
mudah, yang kalian butuhkan bukan logika tinggi, tapi hanyalah jiwa muda, liar,
dan gila. Sudah dapat jawabannya ? Belum ? berarti kalian tidak mengikuti saran
gua dengan benar, cobalah.
***
Beberapa bulan
lalu gua pernah ketemu maba, dan sekarang gua akan ketemu maba baru lagi, iya
maba baru. Gua yang sudah semeter lima ini akan resmi memiliki ade kelas, 2
generasi. Agak aneh rasanya, gua yang sama temen gua masih menggosipkan
beberapa episode spongebob squarepants yang janggal, sudah menyandang predikat
“senior semi-akhir”.
Banyak
perasaan janggal yang gua miliki akibat predikat itu. Seperti misalnya, ketika
gua masih dalam golongan maba, jika gua bertemu orang, gua lebih sering manggil
kak, bang, atau panggilan sopan semacamnya untuk senior. Tapi sekarang, gua
sudah lebih sering mendapatkan panggilan senior itu. Ya, walaupun ada beberapa
kali panggilan ini digunakan untuk “penunjang “ rasa percaya diri.
Maksud dari
“penunjang” itu sendiri adalah ketika dipanggil abang atau kak sama “target
operasi senior pria”. Gua sendiri sejujurnya lebih suka dipanggil abang
ketimbang kaka. Entah kenapa kalau gua dipanggil kaka gua ngerasa jadi agak
kecewean dan itu akan berbanding terbalik ketika dipanggil abang. Gua rasa juga
72,515 % pria setuju sama pernyataan gua yang satu ini. Jadi, untuk kalian
wanita, ketika ada pria berkata “Panggil abang aja, jangan kakak”, itu artinya
dia punya pemikiran yang sama dengan gua.
***
Ngomong soal
jenggot, beberapa waktu belakangan juga ada kabar berhembus kalau jenggot itu
suka menghisap darah, dan dipercaya punya kekuatan magis karena mereka hidup.
Kabarnya juga beberapa diantara jenggot itu ada yang berbentuk manusia mini.
Hati-hati kawan.
Yop, that’s
all for now my ghost reader.
Don’t forget
to breath and blink, stay alive !
Bonus : “You
don’t wasting your time, when you enjoyed it” – John Lenon
*Tips : Jangan
pernah menjadikan jenggot sebagai indikator kesenioran mahasiswa