Saturday, 13 August 2016

Dilema Dalam Mimpi

Wasuuup ghost reader !
Rose is red, sky is blue. 
I love the crab, but I don’t have a much money, so just give that damn too.

How is going, ghostie ?
Gua lagi dalam masa-masa penyelaman imajinasi tercetek. Gua lagi mencoba untuk membuat suatu karya fiksi, yang mungkin beberapa tahun lagi bisa jadi salah satu buku best seller di Indonesia. Tapi pertanyaannya…siapa nanti publisher yang cukup baik hati buat nerima karya gua ini ?

Gua adalah seorang sarjana…lebih tepatnya menuju jadi seorang sarjana saat menulis ini…lebih tepatnya mengetik ini. Dalam masa-masa ini akan banyak muncul kegelisahan-kegelisahan yang bisa ngebuat gua berjalan lambat, dengan tatapan mata kosong, sambil membayangkan banyak hal. Tapi ketemu dengan Putri Diana bukanlah salah satunya.

Kakak gua, Ka Sonya akhir-akhir ini lagi sering-sering menanyakan tentang pengambilan keputusannya dalam mengambil pekerjaan. Walaupun gua belum pernah kerja. Tapi bentar dulu….kalo ngabisin uang bulanan itu bisa dianggep kerja bukan ?
. . .

Puji Tuhan, kedua kakak gua akan bekerja. Gua ngga nyangka aja waktu berjalan bener-bener cepet. Kayanya baru kemarin gua ngeloncatin pager rumah, dan kesangkut sepuluh menit di pagernya. Baru kemarin gua diajarkan membaca dengan sapu yang dihentak-hentakan ke meja belajar. Dan baru kemarin rasanya gua kenal sama salah satu makanin berunsur magis tinggi di dunia, yaitu martabak.

Gua yang udah masuk semester 5 juga pasti akan segera mencari kerja. masuk ke dunia yang paling sering diadaptasikan dalam cerita sinetron, atau drama korea. Entah apakah fase ini akan jadi fase terpanjang dalam hidup gua, bak sinetron Cinta Fitri yang menemani masa SD gua sampe gua lulus SMP, sungguhlah panjang.

Yop, bisa dibilang begitu. Karena jika sekolah formal aja 12 tahun, ditambah kuliah 4 tahun, maka total gua dipersiapkan dalam hidup untuk dunia kerja adalah 16 tahun. Nantinya, akan bekerja hingga waktu yang dirahasiakan. Gua dulu pernah ketemu tutor cewe, yang jago banget matematika. Tapi, bisa dibilang hidupnya pemurung…kaya muka anjing Bulldog.

Waktu gua konsultasi soal ( hanya saat menjelang UN tentunya ), dia tiba-tiba melakukan sesi yang bukan bagian dari konsultasi pelajaran, dia curhat. Sebut saja tutor ini sebagai “tutor”, karena namanya gua lupa, tapi ceritanya tetap membekas di pikiran gua yang bermemori disket ini.

***

Tutor gua ini adalah seorang cewe, jadi wajar kalo gua mau dengerin ceritanya. Karena kalau dia cowo dan cerita tentang kehidupannya, terus dia nangis tersedu-sedan, dan dia menangis dia bersender dipundak gua sambil gua ngasih tissue, dan orang ngeliat, bisa-bisa gua malah di cap seorang queer.

Tutor ini mulai bercerita ketika gua dan temen gua, membahas soal yang kebetulan angkanya 1996, mirip dengan tahun kelahiran gua. tetapi tiba-tiba tutor ini ikut menyambangi, “Kelahiran ? Wah iya, berarti kalian masih muda ya, mimpinya masih banyak..”, Gua dan temen gua hanya terdiam “…”, sang tutor kembali berkata “Dulu, waktu saya seumur kalian saya giat belajar, dan saya selalu ngga sabar untuk masuk dunia kerja, walaupun ternyata enakan sekolah dari pada kerja”, tiba-tiba sang tutor melempar tatapannya kesebelah kanan dari kertas soal yang dari tadi dia pegang, jari-jarinya mulai memainkan sudut kanan atas kertas dan berkata “hidup itu emang ngga pernah semanis mimpi”, tiba-tiba suasana hening, dan hanya terdengar suara Air Conditioner yang menyapu-nyapu lembut ubun-ubun kepala gua, dan berpotensi membuat ubun-ubun gua masuk angin.

Sang tutor pun kembali melanjutkan perkataannya setelah diam dramatical yang cukup lama “Mungkin waktu kecil mimpi seorang manusia itu lebih besar, dari kenyataan hidup yang akan dia hadapi”, temen gua mencuri-curi waktu buat ngupil ketika tutor itu berbicara. “Menurut saya fase hidup itu ada 3…”, disaat ini gua tau sang tutor akan mengatakan hal yang menjadi cerminan asal muasal wajah pemurungnya. “…pertama lahir…kedua sekolah hingga dewasa… dan terakhir…bekerja hingga mati”, kata-kata terakhirnya dikatakan sambil melihat kami berdua, dan tatapannya sunggu psikopat.

Gua pun langsung liat jam, dan ternyata waktu udah menunjukan pukul 20.52 WIB. Temen gua akhirnya berhasil ngupil dan mengendap-ngendap melukiskannya di dinding. Gua langsung memotong momen mencekam itu, ditambah dengan upil temen gua yang sudah dipamerkan di dinding. Gua berkata “Oh…soal ini, yang satu ini saya udah ngerti Miss. Saya bisa kerjain sendiri, makasih banyak Miss”. Gua langsung bergegas merapihkan alat tulis gua, dan temen gua yang melukis upil di dinding itu mengikuti gerak-gerik gua. Kami berdua pun pamit ke tutor gua ini, dan meninggalkan dia yang masih terduduk dengan tatapan kosong.

Semenjak hari itu gua berpikir, tutor ini ngga secerdas yang gua bayangkan. Karena menurut gua, orang cerdas itu bisa mengatasi hidupnya dengan bahagia. Berbanding tebrlaik dengan tatapan kosong tutor gua ini. Gua dan temen gua pun berpisah untuk pulang kerumah masing-masing. Setibanya di rumah kata-kata terakhir tutor tersebut terus membekas dalam pikiran, gua sampai saat ini. Dan kejadian itu udah 3 tahun yang lalu saat gua menuliskan kisah ini. Dan kata-kata itu kembali datang ke gua, dan membuat kegelisahan.

Tapi, ditengah kegelisahan itu gua sadar, orang akan gelisah hanya ketika dia tidak bersyukur atas apa yang ia punya saat ini, dan akan sadar ketika yang ia miliki sekarang sudah tidak ada. #JordiTeguhStrikesAgain

Kuncinya satu, dengan bersyukur, maka lo bakal lebih bisa memaksimalkan apa yang lo punya saat ini, dibandingkan dengan mengeluh dengan segala hal yang tidak dimiliki saat ini….ptok…ptok..ptok.

Yop, that’s all for now my ghost reader !
Don’t forget to breath and blink, stay alive !
Last but not least…always be my ghost reader.

No comments:

Post a Comment

Komentarlah sewajarnya, sebelum komentar itu dilarang.