Wasuuup ghost reader !
Rose is red, sky is
blue.
I love the crab, but I
don’t have a much money, so just give that damn too.
How is going, ghostie
?
Gua lagi dalam
masa-masa penyelaman imajinasi tercetek. Gua lagi mencoba untuk membuat suatu
karya fiksi, yang mungkin beberapa tahun lagi bisa jadi salah satu buku best
seller di Indonesia. Tapi pertanyaannya…siapa nanti publisher yang cukup baik
hati buat nerima karya gua ini ?
Gua adalah seorang
sarjana…lebih tepatnya menuju jadi seorang sarjana saat menulis ini…lebih
tepatnya mengetik ini. Dalam masa-masa ini akan banyak muncul
kegelisahan-kegelisahan yang bisa ngebuat gua berjalan lambat, dengan tatapan
mata kosong, sambil membayangkan banyak hal. Tapi ketemu dengan Putri Diana
bukanlah salah satunya.
Kakak gua, Ka Sonya
akhir-akhir ini lagi sering-sering menanyakan tentang pengambilan keputusannya
dalam mengambil pekerjaan. Walaupun gua belum pernah kerja. Tapi bentar
dulu….kalo ngabisin uang bulanan itu bisa dianggep kerja bukan ?
. . .
Puji Tuhan, kedua
kakak gua akan bekerja. Gua ngga nyangka aja waktu berjalan bener-bener cepet.
Kayanya baru kemarin gua ngeloncatin pager rumah, dan kesangkut sepuluh menit
di pagernya. Baru kemarin gua diajarkan membaca dengan sapu yang
dihentak-hentakan ke meja belajar. Dan baru kemarin rasanya gua kenal sama
salah satu makanin berunsur magis tinggi di dunia, yaitu martabak.
Gua yang udah masuk
semester 5 juga pasti akan segera mencari kerja. masuk ke dunia yang paling
sering diadaptasikan dalam cerita sinetron, atau drama korea. Entah apakah fase
ini akan jadi fase terpanjang dalam hidup gua, bak sinetron Cinta Fitri yang
menemani masa SD gua sampe gua lulus SMP, sungguhlah panjang.
Yop, bisa dibilang
begitu. Karena jika sekolah formal aja 12 tahun, ditambah kuliah 4 tahun, maka
total gua dipersiapkan dalam hidup untuk dunia kerja adalah 16 tahun. Nantinya,
akan bekerja hingga waktu yang dirahasiakan. Gua dulu pernah ketemu tutor cewe,
yang jago banget matematika. Tapi, bisa dibilang hidupnya pemurung…kaya muka anjing
Bulldog.
Waktu gua konsultasi
soal ( hanya saat menjelang UN tentunya ), dia tiba-tiba melakukan sesi yang
bukan bagian dari konsultasi pelajaran, dia curhat. Sebut saja tutor ini
sebagai “tutor”, karena namanya gua lupa, tapi ceritanya tetap membekas di
pikiran gua yang bermemori disket
ini.
***
Tutor gua ini adalah
seorang cewe, jadi wajar kalo gua mau dengerin ceritanya. Karena kalau dia cowo
dan cerita tentang kehidupannya, terus dia nangis tersedu-sedan, dan dia
menangis dia bersender dipundak gua sambil gua ngasih tissue, dan orang
ngeliat, bisa-bisa gua malah di cap seorang queer.
Tutor ini mulai
bercerita ketika gua dan temen gua, membahas soal yang kebetulan angkanya 1996,
mirip dengan tahun kelahiran gua. tetapi tiba-tiba tutor ini ikut menyambangi,
“Kelahiran ? Wah iya, berarti kalian masih muda ya, mimpinya masih banyak..”,
Gua dan temen gua hanya terdiam “…”, sang tutor kembali berkata “Dulu, waktu
saya seumur kalian saya giat belajar, dan saya selalu ngga sabar untuk masuk
dunia kerja, walaupun ternyata enakan sekolah dari pada kerja”, tiba-tiba sang
tutor melempar tatapannya kesebelah kanan dari kertas soal yang dari tadi dia
pegang, jari-jarinya mulai memainkan sudut kanan atas kertas dan berkata “hidup
itu emang ngga pernah semanis mimpi”, tiba-tiba suasana hening, dan hanya
terdengar suara Air Conditioner yang
menyapu-nyapu lembut ubun-ubun kepala gua, dan berpotensi membuat ubun-ubun gua
masuk angin.
Sang tutor pun kembali
melanjutkan perkataannya setelah diam dramatical yang cukup lama “Mungkin waktu
kecil mimpi seorang manusia itu lebih besar, dari kenyataan hidup yang akan dia
hadapi”, temen gua mencuri-curi waktu buat ngupil ketika tutor itu berbicara.
“Menurut saya fase hidup itu ada 3…”, disaat ini gua tau sang tutor akan mengatakan
hal yang menjadi cerminan asal muasal wajah pemurungnya. “…pertama lahir…kedua
sekolah hingga dewasa… dan terakhir…bekerja hingga mati”, kata-kata terakhirnya
dikatakan sambil melihat kami berdua, dan tatapannya sunggu psikopat.
Gua pun langsung liat
jam, dan ternyata waktu udah menunjukan pukul 20.52 WIB. Temen gua akhirnya
berhasil ngupil dan mengendap-ngendap melukiskannya di dinding. Gua langsung
memotong momen mencekam itu, ditambah dengan upil temen gua yang sudah
dipamerkan di dinding. Gua berkata “Oh…soal ini, yang satu ini saya udah ngerti
Miss. Saya bisa kerjain sendiri, makasih banyak Miss”. Gua langsung bergegas
merapihkan alat tulis gua, dan temen gua yang melukis upil di dinding itu mengikuti gerak-gerik gua. Kami berdua
pun pamit ke tutor gua ini, dan meninggalkan dia yang masih terduduk dengan
tatapan kosong.
Semenjak hari itu gua
berpikir, tutor ini ngga secerdas yang gua bayangkan. Karena menurut gua, orang
cerdas itu bisa mengatasi hidupnya dengan bahagia. Berbanding tebrlaik dengan
tatapan kosong tutor gua ini. Gua dan temen gua pun berpisah untuk pulang
kerumah masing-masing. Setibanya di rumah kata-kata terakhir tutor tersebut
terus membekas dalam pikiran, gua sampai saat ini. Dan kejadian itu udah 3
tahun yang lalu saat gua menuliskan kisah ini. Dan kata-kata itu kembali datang
ke gua, dan membuat kegelisahan.
Tapi, ditengah
kegelisahan itu gua sadar, orang akan gelisah hanya ketika dia tidak bersyukur
atas apa yang ia punya saat ini, dan akan sadar ketika yang ia miliki sekarang
sudah tidak ada. #JordiTeguhStrikesAgain
Kuncinya satu, dengan
bersyukur, maka lo bakal lebih bisa memaksimalkan apa yang lo punya saat ini,
dibandingkan dengan mengeluh dengan segala hal yang tidak dimiliki saat
ini….ptok…ptok..ptok.
Yop, that’s all for
now my ghost reader !
Don’t forget to breath
and blink, stay alive !
Last but not
least…always be my ghost reader.
No comments:
Post a Comment
Komentarlah sewajarnya, sebelum komentar itu dilarang.