“Be a loner, that gives you time to wonder, to
search for the truth. Have holy curiousity, make your life worth living”
–Albert Einstein
Yop, kurang lebih
begitu kata Bapak berambut ikonik ini. Gua sendiri suka dengan quotes yang pernah Einstein ucapkan ini.
Karena biasanya dalam kesendirian lo bisa jadi lebih kreatif, dan kritis.
Yop, gua suka berpikir
tentang suatu objek dengan point “bagaimana?”. Kaya misalkan waktu kecil gua
pernah mikir “bagaimana mobil bisa jalan, apa karena knalpot yang ngedorong mobil,
mirip kaya pembuangan roket ?”, “apa yang ngebuat air itu bisa bikin basah ?”,
dan banyak lagi. Gua waktu kecil sering punya banyak pertanyaan, tapi entah
kenapa semakin bertambah umur, rasa penasaran gua jadi semakin berkurang.
Gua dulu sempet mikir
waktu kecil kalo setiap orang di bumi ini tetap, tapi itu berubah ketika gua TK
dan melihat fakta, bahwa ada hal dimana seseorang harus dikuburkan dan tidak
lagi berbicara… istilah itu disebut meninggal. Gua waktu kecil masih ngga
ngerti dengan konsep meninggal, tapi sekarang gua udah ngerti sepenuhnya
tentang konsep itu. Terkadang gua mikir, rasa keingintahuan juga ngga selamanya
bikin gua jadi lega ketika tahu jawabannya, tapi juga bisa kebalikannya.
Belakangan ini, gua
lagi punya banyak waktu lowong, dan gua seakan nginget pola pikir masa kecil
gua yang sederhana tapi tak terbatas. Gua habis baca artikel tentang cara
berpikir, dan ternyata pemikiran orang dewasa itu lebih terprediksi daripada
anak kecil. Yap, karena sistem pendidikan kita yang membuat hidup dalam
prosedur, dan itu memotong pemikiran. Dan gua ngga mau berakhir jadi orang
dewasa kebanyakan yang hidup dalam prosedur (semoga).
Jadi, gua mulai
membaca lagi. Gua mulai membaca buku-buku lagi, karena para penulis itu
biasanya adalah “anak kecil yang hanya berumur dewasa”. Beruntung gua punya
kakak yang seakan menjawab keresahan gua dengan memberikan beberapa buku ke gua
buat dibaca. Entah kenapa, itu ngebuat gua inget dengan beberapa pertanyaan gua
waktu kecil, yang seolah-olah gua pernah lupa untuk menjawabnya. Sekarang, anak
kecil yang pernah hidup 15 tahun lalu, seolah-olah meledek kemalasan gua dalam
rasa penasaran.
Gua jadi inget mimpi
gua waktu kecil, mimpi yang udah gua lupain dalam 3 tahun belakangan. Dan
semoga anak kecil itu bisa terus ngingetin gua, kalo berpikir itu ngga harus rumit,
sederhana juga cukup asalkan itu bisa ngebuat diri lo lebih kreatif tanpa
memikirkan prosedur yang ada.
Jadilah seperti anak
kecil yang bebas berpikir, bebas berimajinasi, dan punya kreatifitas tak terbatas.
Lupakan semua prosedur bagaimana-untuk-menjadi-orang-dewasa yang bisa membuat
orang lain senang. Tapi, jangan pernah lupa untuk segala kesenangan yang bisa
lo lakukan, jangan lebih banyak merugikan orang lain, daripada memberikan
keuntukan.
Mungkin ada beberapa
orang yang seolah-olah mematikan kreatifitasnya semata-mata biar diterima di
lingkungannya saat ini, atau mencoba memaksakan hal yang ngebuat diri sendiri
lupa apa passion sebenarnya yang ingin dilakukan. Mencoba jadi dewasa
semata-mata agar tidak dipandang rendah orang lain dengan melupakan apa
keinginan sebenarnya. Gua mencoba membangunkan setiap orang yang punya perasaan
kaya gini, setiap orang yang lupa keinginan terbesar dalam dirinya sendiri.
Stop killing your
dream, your passsion, your imagination, and ending with nothing.
Sincerely, free child.
Just like you.
No comments:
Post a Comment
Komentarlah sewajarnya, sebelum komentar itu dilarang.