Wednesday, 20 December 2017

Depresi Bukan Hal Yang Bercanda

Yoooo… wasssup ghost reader, where ever you are !!
No matter how hard your life is, the life is must go on !! that’s why Rose still alive and Jack died (Titanic). ELIMINATE ALL THE RUBBISH STUFF FROM YOUR LIFE, AND YOU’LL STILL ALIVE ! Jack is a piece of rubbish, and Rose eliminated him, that’s how her can told the story about him.

Gue saat ini bukan mau melakukan resensi terhadap film Titanic. Karena percuma juga gue lakuin, karena gue yakin salah satu dari kalian pasti ada yang lebih khatam soal film ini. Film yang selalu diulang-ulang penyiarannya, yang membedakan cuman durasi filmnya. Tiap tahun ada aja bagian yang dikurangin, karena berkedok sensor. Seni itu utuh, kalo ada komponen yang dikurangin udah jelas nilainya beda. Untung aja bagian yang kena sensor bukan bagian pas si Jack mati kelelep gara-gara dilepasin pegangannya di pecahan kayu. Jadi, dunia tetap tau Rose adalah tokoh antagonis sesungguhnya. #RoseISrealVillain

Sekarang ini gue menceritakan keresahan gue tentang hal-hal yang cukup menggugah hati dan pikiran gue dikala setiap desir darah yang mengalir. #yyeeellah
Jadi beginilah kurang lebih keresahan gue itu……….

  
(Credit : Clip film)
 
Gue baru baca beberapa artikel tentang bagaimana beberapa orang yang menghadapi masalah terberat dalam setiap hidupnya. Mulai dari orang yang berhasil menghadapinya, yang masih berkutat dengan masalahnya, sampai dengan orang depresi dengan masalahnya sampai memutuskan untuk mengambil “jalan cepat” untuk menyelesaikan masalahnya.

Dari sini gue semakin terbuka matanya, tentang gimana sebenarnya bukan cuman gue lah yang sedang menghadapi masalah yang berat dan mengasihani diri sendiri. Gue hampir berasa kaya lagi dalam serial drama yang menganggap seolah dunia berputar, melawan arah dan menentang setiap rencana lo. Disaat itu yang gue rasakan hanya masalah yang gue hadapi. Seolah semua hal berpusat dalam diri lo, ngga ada hal lain kejadian buruk yang terjadi di kehidupan orang lain, semua hal buruk cuman ada dalam kehidupan lo. Bisa dibilang gue waktu itu hampir depresi, karena dalam waktu 3 minggu gue sampai turun berat badan sampe 8 kilogram. Gue sampai ngga mau pulang kerumah dan lebih memilih menetap dikosan dan mencari hal lain yang bisa dibilang membantu “melupakan” masalah yang gue hadapin.



Beruntungnya gue, masih dikelilingin banyak orang baik yang tetap memberikan dukungan, bahkan ditengah sifat tengik gue yang muncul semena-mena kaya tukang parkir gaib yang muncul sesuka hati dimanapun kendaran ingin beranjak pergi dari tempat parkir liarnya. Bahkan gue sampai diajak bertemu beberapa alumni yang mungkin memiliki pengalaman tentang hal yang gue alami saat itu. Gue mengerti sekarang kenapa dia ngajak gue ketemu orang-orang itu, ternyata dia sengaja melemparkan gue ke orang-orang yang tepat untuk memberikan gue saran yang tepat juga. Bro, you are a great person. Karena hal itu ternyata benar-benar membantu gue, dan membuka mata gue lebar-lebar.

Dia adalah salah satu senior gue. Untuk beberapa orang dia dipandang sebelah mata karena sifat slebor-nya, dan sifat usilnya buat membuat orang jengkel. Tapi, faktanya dia ngga pernah melakukan hal itu ke gue. Yang dia lakukan adalah menjadi mentor gue untuk beberapa hal. Terima kasih Tuhan, sekali lagi Engkau menyelipkan jiwa unik dalam orang yang berperan dalam membentuk diri gue ini. Bahkan bisa dibilang dia adalah orang yang cocok dengan prinsip gue, ya walaupun ngga sepenuhnya cocok. Dia cuman menemani gue dalam kesunyian gue, tanpa banyak bicara dan sekedar menawarkan hal yang seperlunya. Seolah-olah dia paham, tentang bagaimana perasaan dan pemikiran gue disaat itu.

Dalam masa-masa itu gue merasakan banyak hal yang seolah janggal dalam kehidupan gue. Bisa gue bilang masa itu adalah UJIAN NASIONAL dalam kehidupan gue. Dari situ gue jadi belajar banyak tentang bagaimana harus bersikap terhadap orang yang mungkin sedang menghadapi masalah berat dalam hidupnya. Dengan menempatkan diri kembali bagaimana gue ketika gue lagi dalam kondisi hampir depresi dikala itu. Memang benar, kita hanya akan mengerti tentang perasaan orang lain, ketika kita sudah mengalaminya sendiri. Syukurnya gue kembali dibekali satu hal untuk memperlengkapi hidup gue dalam menghadapi dunia ini.

Gue juga pernah diperhadapkan dengan masalah berat yang temen gue alamin, sampai waktu itu pada malam hari dia sempat bercerita panjang tentang kehidupannya, dan kekecewaannya tentang gambaran hidup yang benar-benar tidak ada unsur kebahagiaan yang dia dapatkan karena segala tekanan dan masalah yang dia hadapi. Sampai waktu itu dia bilang dia pengen bunuh diri. Kebetulan di malam itu, gue cuman berdua bareng temen gue, dan disitu posisinya diatas meja dia udah menyiapkan pisau berwarna silver dengan berbahan alumunium berukuran sekitaer 20 cm. Gue pun disitu ngga langsung bilang, lo jangan bunuh diri. Tapi gue bilang "Gue jujur, mungkin ngga terlalu ngerti perasaan dan pikiran lo saat ini. Tapi, menurut gue, apa benar kalau lo mati sekarang lo bakal merasa lebih ringan dan masalah lo selesai ? Atau jangan-jangan setelah lo mati lo bakal lebih nyesel ? Dan kalaupun lo udah mati lo bakal bisa ngapain lagi ? Bukannya cara terbaik memperbaiki suatu hal itu bisa dilakukan cuman saat hidup ?". Setelah gue ngomong gitu, temen gue cuman terdiam lama, dan disitu gue merasa untuk sisanya biarkan dia yang putuskan sendiri, gue pun pamit pulang kerumah gue, dan besok paginya gue masih ketemu sama temen gue, dan masih main bareng sampe sekarang.

***

Gue adalah salah satu orang yang bepikir untuk tidak pernah menganggap sepele setiap masalah berat yang dialami setiap orang, lebih tepatnya orang yang masih belajar untuk terus memahami perasaan orang lain. Bisa jadi kita beripikir itu adalah masalah yang ringan hanya karena kita telah berhasil melewatinya, tapi kita jangan pernah lupa, mungkin ketika kita diposisi orang tersebut kita juga menganggap itu adalah masalah terberat yang pernah kita alami. Jadi, JANGAN CONGKAK ! apalagi sesumbar memberikan masukan yang malah terkesan menggurui, bukan benar-benar membantu mereka sendiri untuk berpikir tentang solusi yang harus mereka dapatkan dengan caranya sendiri.

Dunia ini udah terlalu penuh dengan orang yang sombong dan egois. Terlalu penuh dengan orang yang sibuk memperkaya diri sendiri tanpa berniat membantu orang sekitar untuk ikut berkembang bersama tanpa harus memaksakan kehendaknya. Memang benar umur 20-22 tahun adalah umur yang dimana lo akan memilih jati diri lo, sampe lo mati nanti. Ibaratkan lo lagi mengambil konsentrasi kuliah yang akan terus lo geluti sampai “tamat” nanti.

Untuk teman-teman gue diluar sana, atau para ghost reader yang masih setia membaca postingan picisan gue ini, gue mau mengajak kalian untuk bisa jadi pendengar yang baik. Dan jangan sekali-kali jadi orang yang mengolok-olok masalah kehidupan orang lain. Depresi itu bukanlah hal yang ringan, jangan pernah meremehkan depresi. Depresi itu bisa merusak kehidupan orang, atau bahkan mengakhiri kehidupan seseorang. Jadilah orang yang mendukung, bukan orang yang mengurung.

Kebetulan gue menulis ini karena keresahan gue, yang melihat banyak orang yang justru mengumbar masalah kehidupan orang lain dengan kedok bercanda. Padahal hidup tidak sebercanda itu. Gue harap segala hal yang gue tuangkan dalam emosi digital ini bisa membantu kalian menemukan perspektif baru yang positif.

Yop, that’s all for now.
I hope, no matter how hard your life is, you still struggling for your life, 
STAY ALIVE MY FRIEND !

Sunday, 26 November 2017

Format, DEWASA ?

Yoo suuup,, suuup, what is up ghost reader !???
It’s been a long long time since not posting some damn garbage again.

Kali ini gue mau ceritain bagaimana menghadapi suatu proses lagi menuju suatu kedewasaan, lebih tepatnya kedewasaan mental. ternyata segala hal bisa mengajarkan kita banyak hal, asal kita mencoba untuk melihat setiap hal dari sisi yang berbeda. yassss....i feel all of that beard at my chin...mmm sorry i mean new power !

 
Yep, kesibukan yang makin parah gue alamin 10 bulan belakangan benar-benar menyita waktu gue untuk menulis lagi. Ditambah lagi karena kebodohan gue yang secara ngga sengaja ngeformat data D di stilus (laptop gue) yang ngebuat 256 GB datanya hilang sia-sia. Dan beberapa bahan yang tadinya udah gue siapin buat diposting harus gue relakan. Gue sempet shock berat. Udah kaya potongan terakhir martabak bangka coklat-keju-susu tanpa wijen yang udah lu sisain sengaja buat dimakan bareng sambil minum sprite dingin, harus lu relakan dimakan orang lain ketika lu tinggal sebentar untuk ngambil sprite dari kulkas...iya, orang lain ! Sungguh kejam ! RASANYA SHOCK BERAT !!!

Tapi begitulah hidup, memang kejam. Bahkan kadang terasa tidak adil, tapi sebenarnya bukan karena ngga adil, tapi emang kitanya aja yang kurang bersyukur. #JordiTeguhBackAtItAgain

Tapi beruntung ditengah musibah yang gue alamin karena kebodohan gue sendiri ini gue jadi belajar hal baru lagi. Karena emang dasarnya gue ngga bisa ikhlas 100 %, gue jadi cari cara sendiri untuk setidaknya bisa mengembalikan beberapa data yang bisa diselamatin. Gue pun akhirnya cari-cari aplikasi yang bisa ngebantu gue, bahkan sampe harus cuman tidur 4 jam dalam 2 hari, untuk bisa menemukan solusinya. Emang ke-uletan ngga pernah menghianati, perjuangan gue bergadang berhari-hari bisa mengembalikan 60 % dari data gue. Ya, walaupun data postingan gue semuanya harus hilang, tapi setidaknya data-data penting lainnya masih ada yang bisa diselamatin. Gue langsung berasa kaya cracker di film-film holywood, karena keberhasilan gue. Tapi cuman satu perasaan yang gue dapet ketika berhasil mengembalikan beberapa data….ngantuk berat.

***

Iya, dari peristiwa ini gue belajar untuk merelakan suatu hal yang lu rasa adalah kenangan-kenangan berharga. Tapi pada awalnya ketika hal itu ada kita biasa mengganggapnya ngga terlalu berharga, tapi ketika hal itu udah benar-benar ngga ada entah kenapa kita akan merasakan betapa berharganya hal tersebut. Unik memang pola pikir seperti ini, pola pikir yang dimiliki olah semua manusia. Dari sini gue jadi belajar untuk lebih menghargai hal yang gue miliki saat ini, lebih menjaganya, dan lebih berpikir untuk selalu menikmati setiap hal yang kita punya saat ini dengan lebih bersyukur.

Banyak hal sulit yang harus kita lakukan saat dewasa, lebih tepatnya saat proses menjadi dewasa. Selain hal sulit harus mengantri, dan ngurus surat-surat, ada hal tersulit yang masih gue pelajari dalam proses menjadi dewasa ini. Hal itu adalah merelakan. Rela untuk kehilangan ataupun rela untuk memaafkan terlebih dahulu, dan rela untuk meminta maaf. Tapi gue sadar, 3 hal ini bisa jadi dasar gue untuk bisa jadi pribadi yang lebih baik. Jadi, gue coba menerapkan ketiga hal tersebut dalam kehidupan gue, dan memang 3 hal ini membuat gue jadi pribadi yang jauh lebih tenang dari sebelumnya.

Iya, menjadi dewasa juga artinya semua hal yang lu lakuin bakal lebih jadi sorotan. Melelahkan memang, tapi ini adalah bagian dari hidup, fase hidup yang pasti lu alamin kalo lu adalah bagian dari makhluk hidup yang mau hidup dan memiliki kehidupan yang hidup. (?)

So, that’s all for now ghost reader
Udah lama juga ga ketik ini, DON’T FORGET TO BREATH AND BLINK, STAY ALOVE..MMM SORRY I MEAN STAY ALIVE !

Monday, 1 May 2017

NAIK LEVEL !!

Ding....ding....ding...
Udah 5 bulan ngga buat postingan yang mengandung manfaat 1% dan 99%  kotoran banteng. 26 Desember, jadi nafas terakhir blog ini. Sekarang gua coba bikin postingan lagi dengan kadar manfaat yang ngga jauh beda. Tapi setidaknya bakal lebih sedikit dari 1% manfaat.


Kali ini gua kembali merenungkan hal yang patut untuk direnungi untuk kaum “Rede” (Remaja ke dewasa). Gua semakin berpikir kalo semakin nambah umur itu artinya bakal lebih sedikit santai, dan hampir semua hal harus dilakuin dengan serius. Bahkan harus penuh arti. Untuk beberapa alasan itu menimbulkan kecemasan di diri gua. Kebetulan gua sudah memasuki level 20, level mid, level pertengahan yang biasanya ada dalam game RPG Online. Biasanya di level sinilah harus pake armor dan senjata yang lebih bagus, kalo ngga, bakal berakhir jadi bahan siksaan.

Dilevel 20 ini, xp gua udah 98%. Bentar lagi bakal naik ke level 21, dan misi-misinya udah semakin ribet. Udah kaya nemenin nyokap lu buat ngebantuin milih baju buat kakak lu yang perempuan. Sulit, dan memuakan. Mending kalo Mba-mba penjaganya kaya Raline Shah, lah kalo semuanya kaya ibu-ibu paruh baya yang biasa pada senam depan supermarket, bukannya ikutan ketularan jadi ibu-ibu nanti gua ?

Banyak hal yang udah ngga bisa dilakuin, kaya misalkan gua lagi dateng ke acara pertemuan yang dihadirin sama nyokap gua, gua harus pake celana panjang bahan, yes celana bahan. Padahal gua dateng ke acara itu cuman buat jemput doang, tapi harus pake celana bahan, dan kemeja. Tapi karena jiwa gua yang suka berontak disaat yang tepat, dan memiliki jiwa penurut yang tidak sepenuhnya, akhirnya tanpa sadar gua memakai celana bahan dan…kaos oblong. Ketika gua dateng jemput, terjadilah pemandangan aneh ketika orang-orang berpakaian rapih melihat pemuda bermuka sayu dengan gaya yang menunjukan kelabilan arah hidup khas pemuda. Disaat itu ada sedikit penyesalan kenapa gua ngga nurut. Untung aja pas nyokap gua melihat pemberontakan ringan ini ngga langsung bilang “anak durhaka kamu !”.

Yep, umur, eh level segini itu adalah level dimana segala yang harus gua lakuin harus punya makna, harus punya arti, harus punya manfaat. Sekarang gua udah ngga bisa lagi nontonin kucing mainin sendal gua selama 15 menit, karena hal itu ngga ada arti dan manfaatnya. Sial !

***

Dilevel inilah mulai dateng pikiran-pikiran yang jadi terlalu sistematis, ternyata dunia inilah yang ngebunuh kreativitas orang kaya gua. orang paling kreatif dalam hal ngebuang waktu. Gua bisa cuman bengong liat cat dinding yang terkelupas sambil ngebayangin bentuk pulau apa kopekan cat dinding yang terkelupas itu, walaupun kebanyakan dari cat dinding yang terkelupas itu lebih mirip emping yang digoreng daripada bentuk pulau.

Bahkan untuk umur segini, setiap ketemu pasti sepupu gua selalu nanya sama siapa (pacar) sekarang ? kalo gua bilang ngga ada, dia bakal mulai nyebutin semua kemungkinan nama cewe yang ada di dunia. Jadi kaya game tebak-tebakan gitu, tapi bedanya dia nebak tanpa ada jawaban yang benar. Karena emang games ini ngga punya jawaban. Jadi lebih mirip game yang gua namakan dengan  “tebak nama bebas secara sepihak tanpa ada jawaban yang benar”.

Bahkan ditempat kuliah pun ada beberapa senior yang gua respect, menanyakan hal yang sama, dan gua jawab dengan jawaban yang sama, dan berakhir dengan games yang sama. Gua bingung, emang kalo level 20 udah harus punya ya ? perasaan kucing aja umur 7 tahun udah ada yang kawin 3 kali,……eh, tunggu dulu. Gua aja level 20 belum kawin sekalipun,…..eh, tunggu dulu. Kayaknya analogi gua yang salah. Apa harusnya gua make analogi semut ya ?...eh tunggu dulu.

Lupakan soal analogi kucing, tetaplah bernapas. Gua heran, kenapa harus punya pacar ? kan pacaran berarti lu harus chat tiap pagi, tiap malem, kasih emot-emot lucu yang kalo dilakuin di dunia nyata memuakan, dan belum lagi lu harus ada yang namanya “quality time”, ketika lu berdua dengan pasangan lu pergi jalan ke cafe yang musiknya menghanyutkan lengkap dengan penampilan akustik ala penyanyi kafe yang suaranya teduh, ditambah dengan cahaya lampu yang temaram dengan 2 buah kopi yang masih panas yang ada di atas meja, sambil menertawakan segala hal yang cuman memancarkan kebahagiaan yang sangat hangat. Eh, tapi gua suka bagian itu. Belum lagi ketika tiba-tiba percakapan lu terhenti saat senyuman dan tatapan yang saling bertemu seperti merasakan aliran angin yang menyentuh semua tubuh. Dan sama-sama terbesit sebuah pikiran “duh, gua lupa bawa dompet, siapa yang bayar ini ya?”.

Unik, beberapa orang malas untuk memulai kembali suatu hubungan dikarenakan beberapa hal yang menurut mereka ngga ngebuat nyaman di memori sebelumnya, tapi mereka juga lupa sama momen-momen menyenangkan yang mereka dapatkan sepaket dengan kenangan yang tidak mau mereka kenang. Gua waktu umur 17 tahun ngga pernah terbesit kalimat  yang menjijikan kaya gini, tapi gua udah level 20 mau naik ke level 21, jadinya gua udah lebih jago sekarang untuk merangkai kalimat menjijikan. Krik.

Gua inget, gua dapat nasehat ketika dimana Kakak gua ngga pernah berkata “Dek, kalau cari pasangan itu jangan diliat dari penampilan fisiknya, tapi liat keaslian gendernya”. Untuk beberapa alasan karena nasehat kakak gua ini, gua ngga suka cewe Thailand. Mungkin beberapa dari kalian ngerti maksut dari tulisan gua ini.

Semakin besar, semakin banyak pertimbangan dan semakin banyak tanggung jawab. Emang ngga semuanya enak, tapi kalo liat dari sisi yang berbeda jadi dewasa itu enak. Salah satunya, lu ngga bakal diajak ngomong pake bahasa terbodoh di dunia kaya “cini-cini dedek, minum cucu dulu”. Gua masih inget pas gua masih umur 7 bulan diajak ngomong sama saudara gua pake bahasa ini, dan sebagai bayi yang sopan gua pun nyautin pake bahasa bayi pada umumnya. Tapi sungguh ini ngga benar terjadi.

Yep, umur bertambah tanggung jawab bertambah, bukan berarti malah jadi semakin takut. Karena ketika lu punya semakin banyak tanggung jawab itu artinya lu semakin bertanggung jawab. Ini bukan kata-kata bijak cuman kalimat ngga bermakna. Gua juga salut sama anak-anak SMP cowo bertanggung jawab yang ngomong ke cewenya kaya gini “gua mau tanggung jawab kok”. Masih muda udah mau tanggung jawab, hebat. Nah, ini salah satu tanggung jawab yang ngga sehat, jangan dilakuin. Nikmatin masa muda kalian kearah yang lebih baik, lebih banyak habisin waktu sama Tuhan, keluarga, dan temen-temen kalian, karena belum waktunya untuk merusak masa muda kalian dengan melakukan perbuatan yang harus kalian “pertanggung jawabkan”.

So that’s all for now, ghosties.
Don’t forget to breath and blink. Eat Banana for makes you more happy.
Stay alive !