Sunday, 7 June 2015

Setapak Jalan Eager Andres

Yoo... wassup ghost reader ! ! !
Belakangan ini gua sebagai telor ayam yang lagi banyak kegiatan *sombong dikit* makanya jadi jarang posting. Kalo boleh jujur sih karena ngga ada internet.
So...what ?! who cares !? 
Kali ini, gua mencoba membuat karya sastra imajiner, gua menamakannya sih gitu. Simaklah cerita sastra imajiner dari seonggok daging bernyawa ini.


Siapa yang bisa menyangka apa yang akan terjadi satu jam kedepan ? siapa yang bisa menebak apa yang akan terjadi di hari esok, bulan depan, atau beberapa tahun yang akan datang ? Kita yang hanya sebagai lakon drama di dunia ini hanya mencoba memainkan peran kita masing-masing. Bahkan ada yang coba memerankan peran orang lain demi eksistensi palsu di panggung drama ini. Banyak plot yang seolah susah ditebak dan bahkan menimbulkan jalan baru yang mungkin tak akan bisa diprediksi oleh orang visioner sekalipun.
             
 Aku menjadi salah satu butir pasir dalam jam pasir yang terlarut dalam jalannya waktu, ikut bergerak dan terkadang terlena dengan arus kemana pasir itu akan jatuh. Aku hanyalah salah satu lakon dari antara triliyunan manusia, yang selalu melangkah  dari setiap tapak batu yang tak berujung, dan terkadang menemukan tapak yang terjal atau bahkan tapak yang sangat rapuh. Tapi apa yang aku coba hanyalah terus melangkah tanpa melihat kebelakang, seolah aku takut di lahap oleh bayangan yang mengalahkan cahaya diujung jalan.
  
Mendengar bisikan gelombang suara yang seakan membentuk pesan rahasia untuk dipecahkan, namun bisikan suara itu tidak selalu terdengar jelas ketika aku mencoba menutup telinga. Walaupun terdengar sayu suara itu akan terus terdengar. Itulah yang selalu mencoba menuntunku menemukan tapak pijakan yang kuat yang mampu membuatku tidak takut untuk melompat menggunakan pijakan itu. Dalam perjalananku ini  diwarnai perjumpaan dengan beberapa ahli bintang yang membuatku belajar bagaimana cara membaca langit dan membantuku ke jalan setapak yang benar.

Tidak semua ahli bintang itu baik, tetapi aku yakin segala hal yang buruk selalu terselip pesan yang baik. Aku pun sering melangkah ke jalan yang berbatu yang menuju jurang, akan tetapi aku mungkin beruntung bisa bertemu dengan makhluk leprechaun yang selalu menyediakan pijakan untuk dijadikan jembatan. Mungkin dalam perjalananku aku masih akan banyak bertemu makhluk lain, tetapi drama ini bukanlah dongeng yang selalu berakhir bahagia. Tapi aku selalu berpikir jika ini belum menyentuh suatu wujud bahagia, maka ini bukanlah akhir. Itu semua tergantung bagaimana aku memainkan peranku dan menemukan jalan setapak yang benar… Aku Eager Andres akan terus belajar dalam membaca langit, alam dan menjadi pendengar bisikan itu.

Salamku, Eager Andres...

No comments:

Post a Comment

Komentarlah sewajarnya, sebelum komentar itu dilarang.