Wednesday, 29 July 2015

MOS SMP

Wassup ghost !!!
It’s been a long time, without you my friend~
Udah sebulan gua ngga posting, kesibukan (read : males-malesan ) selama liburan menyita waktu gua.
Walaupun gua udah siapin beberapa postingan, tapi selalu lupa buat posting.
SO, ENJOY THIS STORY…

Sebagai pria, kisah menyedihkan pasti pernah dialami semua pejantan. Baik dalam hal sepele atau sampai hal chaos sekalipun. Dan gua adalah salah satu yang pernah merasakan hal menyedihkan itu.
Kali ini gua mau berbagi beberapa kisah menyedihkan gua.

Mungkin kisah menyedihkan gua atau gua menyebutnya sejarah kelam gua di masa lalu dimulai ketika SMP. Ekspekstasi gua dalam lingkungan baru selalu tinggi, jadi pas jatoh lebih sakit dari yang seharusnya. Misalkan waktu gua masuk SMP, pada masa ini gua merasa seperti lagi naik kano di laut antartika kutub selatan yang banyak balok esnya. Sekalinya gua salah dayung dan ngga bisa jaga keseimbangan, kano gua bakal kebalik dan gua akan mati membeku tanpa ada yang menghiraukan keberadaan gua.

Gua merasa lingkungan SMP gua bener-bener asing, walaupun gua bersekolah di tempat ini bareng ketiga temen gua, tapi gua merasa tetep asing. Gua kaya sekolah di antara para alien yang bersiap mengambil otak gua untuk diteliti, bener-bener serem. Itu semua udah dimulai dari waktu pengarahan MOS (Masa Orientasi Siswa). Ya, sebagai laki-laki yang baru gede saat itu udah sewajarnya gua nyari yang bening, dan menggunakan mata elang buat nyari itu. Karena saking sibuknya nyari target “buruan” alhasil barang-barang yang diinstruksikan untuk di bawa banyak yang kacau, dan gua membawa barang seenak jidat gua.

Gua inget banget, dulu pas MOS SMP itu disuruh pake mahkota dari daun yang berbeda-beda dalam waktu 2 hari, yaitu daun mangga hari pertama dan daun jambu hari kedua. Tapi jiwa seni sotoy gua tidak menangkap hal itu. Ketika itu sore hari,  gua bersama kedua teman gua Alex dam Julio berniat mencari daun yang dimaksud. Kami bertiga berjalan menghampiri beberapa pohon yang kebetulan keberadaannya mudah untuk ditemukan dilingkungan kami. Ketika gua sibuk memetik daun mangga dan jambu, si Julio berkata “Lo, kok metik daun jambu juga jor ? kan itu buat hari kedua, ntar malah layu lagi.”, gua menjawab “Emangnya kenapa ? biar sekalian aja, gua males bolak-ballik.” (disini gua masih ngga tau kalau disuruh membuat 2 mahkota berbeda dari daun jambu dan mangga).

Setelah sibuk metikin daun mangga dan jambu gua balik kerumah, dan seketika gua terbayang perkataan Julio, seolah ingin menangkap informasi tersirat dari pekataanya. Sebelum otak gua menemukan informasi itu, gua langsung memutusnya dengan berpikir “au ah, bodo”. Dan kisah sial itu pun dimulai. Kalo bisa dibilang perlengkapan MOS gua paling banyak yang salah, mulai dari sepatu yang harusnya warna hitam malah pake warna putih, terus gesper yang disertai dengan kaleng susu di kanan dan kiri yang harusnya berisi kelereng dengan jumlah ganjil malah gua isi genap. Karena gua berpikir suara kelereng ganjil itu ngga bagus. Untuk pertama kalinya dalam hidup gua, gua merasa kaya orang gila. Setiap gua melangkah ada gemerincing kelereng.

Setelah melakukan upacara peresmian hari pertama MOS, tibalah waktunya untuk masuk ke masing-masing kelas yang telah ditentukan. Disinilah semua kekampretan itu dimulai, setelah semua peserta duduk, tiba-tiba ada orang gendut berbibir tebal yang pake baju item bawa pentungan sapu dan sok-sok’an berprilaku marah sambil berteriak “SEMUANYA DIAM, JANGAN BERISIK !”. Keadaan kelas pun langsung diam dan tenang, sementara gua berusaha menahan ketawa, karena ngeliat bibir tebal laki-laki gendut ini. Soalnya setelah dia teriak, entah rangsangan saraf apa yang membuat bibirnya langsung manyun kaya lagi mengendus sesuatu. Dan laki-laki ini menghampiri gua yang sedang duduk dengan bibir manyunnya yang makin menjadi, dan dia langsung menunduk dan menghampiri muka gua. Dan gua merasa gua bakal mati saat itu, soalnya gua bener-bener harus tahan ketawa liat bentukan bibirnya.

Selama beberapa detik, dia tatap mata gua dalam-dalam, dan sesekali bibirnya maju mundur. Keringat gua sampai sebesar biji kacang ijo buat nahan ketawa karena tingkah laku bibirnya. Untungnya gua berhasil nahan ketawa. Bola mata gua kaya mau keluar pas nahan ketawa. Disitu, dia mulai menjelaskan kalau dia adalah tim  disiplin siswa, atau disebut TDS. Tugas dia adalah mendisiplinkan setiap siswa baru SMP ini. Gua lega, karena setelah dia menjelaskan dirinya, bibirnya ngga manyun lagi.

Setelah itu si manyun ini pun pergi meninggalkan kelas dengan tampak sangar. Yang gua pikirin saat itu adalah, berapa anak yang harus menahan ketawa melihat bibir manyun artistiknya ketika dia masuk ke kelas-kelas lain, kalau sampai laki-laki ini punya kumis lele, sudah pasti gua ngga bakal bisa nahan ketawa. Setelah Ia keluar, banyak yang menghela napas seakan mereka lega akan kepergiannya. Atau mungkin mereka juga lega karena bisa menahan ketawa kaya apa yang gua lakuin. Tapi ada satu orang yang gua perhatikan , dia hanya duduk diam saja, sepertinya dia laki-laki pemberani.. atau mungkin juga dia ketakuta setengah mati sampai cepirit, tapi kayanya dia ngga cepirit. Soalnya ngga ada bau-bau mencurigakan di kelas.

Setelah insiden itu pun semua siswa kembali duduk, dan tibalah waktunya inspeksi alat-alat MOS. Banyak yang barang bawaannya salah, sampe ada yang barang bawaannya ngga harus dibawa malah dibawa. Waktu itu disuruh bawa pisang satu sisir, beruntung bagi gua yang punya dua kakak yang pernah mengalami ini dan memberitahukan arti kode ini. Kakak gua bilang pisang satu sisir itu artinya, pisang satu dan sisir satu, dan kata-kata kakak gua ini benar. Lucunya, salah satu temen gua ada yang bawa pisang satu sisir beneran, dan dia jadi bulan-bulanan senior, karena dia harus membagikan pisang-pisang itu ke senior-senior lain. Tapi ada yang lebih aneh, temen gua yang lainnya ada yang malah bawa apel  dan ketika ditanya kenapa bawa apel, dia menjawab “Aku gak suka pisang ka, sukanya apel, soalnya kulit pisang ngga bisa dimakan, kalo apel kan bisa dimakan kulitnya”. Pertama kalinya kita semua mau tepuk tangan karena keberaniannya, tapi ketika mendengar alasannya yang terakhir, kelas tiba-tiba jadi sunyi. Gua emang ngga pernah jauh dari makhluk unik.

Kita lupakan temen gua yang pemakan kulit buah-buahan itu. Karena setelah pemeriksaan barang bawaan masih ada pemeriksaan “kostum” MOS. Dan gua baru sadar, ternyata mahkota daun yang gua bawa ini paling kacau ! dan ini semua sudah terlambat. Satu persatu pun diperiksa, kebetulan gua duduk di barisan kedua dari depan. Tibalah giliran gua yang diperiksa, dan memang benar, mahkota aneh itu langsung menyita perhatian mereka. “wah, ada yang beda nih mahkotanya” gumam senior yang meriksa. Gua cuman bisa senyum miris sambil melinting ujung celana khas bocah kecil. Senior yang meriksa gua ini seorang laki-laki bertubuh tambun yang aksen ngomongnya ngga bisa santai, sebut dia cowo tambun.

Dia berkata “Enaknya, diapain nih ka yang salah gini !?”. Dikelas gua ini ada 3 orang senior, terdiri dari 2 cewe dan satu cowo. Tiba- tiba ada salah satu kakak itu menghampiri meja gua, sembari menyauti si cowo tambun “Kenapa ka, coba liat !”. Dan ketika gua melihat senior yang menghampiri gua ini gua semakin gusar dan langsun tertunduk lesu. Dia berkata  sambil memegang mahkota kampret punya gua “Wah, ini mah kreativ ka, dia langsung ngegabung 2 jenis daunnya biar jadi satu mahkota, jadi ngga usah buat ulang”. Mendengar perkataan itu gua langsung kembali semangat dan melihat muka kakak yang berkata itu. Dia pun menanyakan nama gua “Nama kamu siapa ?”, gua pun menjawab “Jordi ka”, oke bagus kamu kreativ “Nama kakak, kak eva”. Gua cuman manggut-manggut. Si cowo tambun ini pun dihiraukan.

Kak Eva ini baik banget sama gua selama MOS, dia sering ngebantuin gua dan nyemangatin gua. Misalnya aja waktu itu, ketika pengenalan sekolah kita diberi tugas untuk menggambar denah sekolah setelah berkeliling mengitari sekolah. Saat itu gua males banget gambar denahnya. Mungkin Ka Eva ngeliat gua yang cuman diam dengan tampang bego dan ngga menggambar denahnya, dan dia menghampiri gua sambil bertanya “Mana Jordi gambarnya ?”, gua pun cuman membalas dengan mendehum. “Sini kakak bantuin”,  Dia pun ngebantuin gambar denahnya, sambil ngejelasin, ternyata dari deket Ka Eva ini cakep juga, gua juga baru sadar kalo dia punya lesung pipit, dan kulitnya hitam manis. Dan gua sama sekali ngga nyimak apa yang dia jelasin. “Bisa kan dek lanjutinnya ?” ucap kak Eva, gua cuman manggut-manggut kambing. Gua pun berpikir, ah ngga rugi gua bikin tampang bego.

Hari pertama MOS SMP pun akhirnya selesai, dan gua masing inget muka ka Eva yang jelasin denahnya, sepanjang perjalanan kerumah sambil berpikir. Besok-besok tampang gua harus lebih bego biar bisa dibantuin lagi.

So that’s all my ghost reader.
Stay alive and Do not forget to breath and blink !
Oks !!!! ;^)

Saturday, 11 July 2015

Memori Kecil di Kandang ( Throw Back Time)

Wassup ghost reader !! How is your day ?
Sekedar informasi, hashtag yang bentuknya #TBT itu artinya Throw back time, bukan Teletubis Baru Tatian..Krik…shiatta ! Forget it !

Oks…Welcome to my Blog ! Blog gua ini hanya memposting apa yang sedang gua pikirkan saat ini, jadi kalau kalian mencari materi pelajaran kalian salah jalan. Tapi jalan-jalan ke tempat yang asing itu bukan berarti ngga enak, karena biasanya malah akan banyak memunculkan kejutan dan berakhir dengan tersesat bahagia (apalagi kalau tersesatnya bareng lawan jenis bukan hewan yang diincer).

Kembali seonggok daging author teloorayam ini menyapa ghost reader yang masih fana. Sekarang ini gua mau kembali menceritakan tentang kandang (baca : rumah) gua. Kandang dari seorang anak bergolongan darah AB saat bayi yang berubah menjadi B saat umur 13 tahun. Seorang anak yang sangat suka mentato dinding dirumah dengan gambar sarat makna yang susah dicerna. Seorang anak yang pernah merubuhkan bangunan rumah orang, dan lari terbirit-birit. Seorang anak yang pernah masuk daftar buronan polisi tetangga, karena ngebolongin dinding dapur rumahnya bersama dengan komplotan anak-anak komplek.

Kisah gua itu semua terangkum didalam rumah, kadang gua suka ketawa inget tingkah-tingkah bodoh gua waktu kecil. Salah satu tingkah bodoh gua adalah ketika gua yang masih berumur 4 tahun mencoba memanjat pagar besi yang kira-kira tingginya 170 cm. Pagar besi itu lengkap dengan kembang pagar yang runcing berwarna emas dibagian atasnya.

Ketika itu sore hari, kira-kira umur gua 4 tahun. Gua memanjat pager untuk masuk ke dalam rumah karena pagernya digembok. Tinggi pagernya kira-kira 1,7 meter. Ketika itu gua abis pulang dari rumah temen gua.  Gua memanjat pager karena saat gua memanggil dari luar rumah, ngga ada yang ngejawab. Kebetulan saat itu yang ada hanya kakak gua yang pertama yang ada di rumah. Gua berhasil untuk mencapai diatas pager, tapi ngga berhasil untuk turun dari pager. Ketika gua berniat untuk turun dengan melompat dari pager setelah berhasil memanjatnya, baju belakang gua tersangkut di pagar dan otomatis gua jadi tersangkut. Karena efek tersangkut saat melompat itu menimbulkan ayunan yang ngebuat gua bertumbukan dengan pager, maka timbulah suara gemerincing khas pagar besi.

Kakak pertama gua yang mungkin ketiduran saat gua panggilin dari luar pager, terbangun dan langsung berlari kearah sumber suara, dan terkejut mendapati adiknya yang kikuk sedang tergantung di pager rumah. Gua yag melihat ke arah kakak gua hanya bisa tersenyum miris sembari mengirimkan pesan telepati dari tatapan mata gua ke kakak gua yang berbunyi “Selamatkan aku ka..”.

Ayunan itu menimbulkan lubang yang besar dibaju gua, dan sesekali saat berayun terdengan suara robekan baju “sreeek”. Kakak gua pun bingung, cara menyelamatkan gua, dan dia memanggil tetangga di depan rumah gua untuk minta pertolongan. Lengkap sudah rasa malu gua, akhirnya tetangga depan rumah gua yang bernama Om Dodi datang ke TKP (Tempat kejadian perkara). Dia kaget melihat seorang anak bajunya tersangkut di kembang pager dengan muka sedih, dan dia bertanya ke gua “Loh Jordi, kok bisa sampe kaya gini ?”, gua hanya diam dan tidak menjawab. Om Dodi langsung jongkok di bawah gua dengan membelakangi gua dan berkata “angkat kakinya dua-duanya, taro di pundak om”. Gua pun menuruti dia, dan setelah gua meletakan kaki gua diantara kedua lehernya, dia mengangkat gua keatas, sehingga baju gua yangyang tersangkut itu bisa dilepaskan. Proses evakuasi gua yang tersangkut di pager pun berjalan lancar, dan tidak ada korban jiwa, yang ada hanya baju bolong bekas tersangkut di kembang pager.
***
Rumah juga menjadi saksi bisu dimana gua dan temen kecil gua bernama Bintang bermain bola “blitter” di ruang tamu karena kakak gua bilang “Dek, siang-siang jangan main di panas-panas”. Lalu, dengan intuisi sederhana anak-anak, gua memutuskan untuk main di dalam rumah, dan gua sama Bintang akhirnya main bola. Dan karena tingkah anak kecil ngga jauh dari perbuatan yang kikuk maka terjadilah… “woi, tang liat nih gua punya tendangan hebat, nama tendangannya tendangan angin bayangan tanpa bayangan !” teriak gua penuh gelora. Tanpa pikir panjang gua menendang bola dan… wusssh… bola yang gua tendang mengarah ke box “MCB”  listrik yang ada di dalam rumah.

Tendangan gua itu tepat mengenai tombol off box MBC, dan mengakibatkan listrik di rumah langsung mati. Seketika pun kakak gua langsung nyamperin gua dan bilang “kok malah main bola dalam rumah ?!” pekikkan kaka gua yang sungguh keras. Gua menjawab dengan cerdas “Kan katanya ngga boleh main panas-panasan pas siang”. Kakak gua diam sejenak dan berkata “Ya jangan main bola juga dek”. Setelah insiden itu gua berhenti main bola di dalam ruangan dan berkata pada teman gua “Tuh, lo liat kan ? tendangan gua bisa madamin listrik rumah dan mendatangkan bayangan yang gelap !”. Temen gua cuman ngangguk-ngangguk sambil ngelempar bola tadi ke halaman rumah.
Setelah insiden itu pun teman gua Bintang, langsung balik ke rumah, karena suara nyokapnya sudah terdengar memanggil namanya. Kebetulah rumah gua sama teman gua ini berhadapan jadi cukup mudah nyokapnya buat manggil dia pulang,… dan cukup sulit bagi gua buat keluar rumah saat berantem sama temen gua ini. Si Bintang biasanya dipanggil untuk tidur siang, dan saat kecil, gua adalah organisme yang paling sulit dan susah untuk disuruh tidur siang.

Pernah disuatu siang gua disuruh tidur jam 14:00 WIB. Umur gua baru 6-7 tahun saat itu. Setiap tidur siang gua selalu kasih syarat. Pernah disuatu siang nyokap gua nyuruh tidur siang, tapi gua bilang “Aku mau tidur siang kalau udah nyelesain puzzle Tsubasa ini.”. Nyokap gua pun nemenin gua buat menyelesaikan puzzle itu, tapi setelah satu puzzle selesai, gua minta ulang nyusun puzzle itu dengan waktu yang lebih cepat baru mau tidur siang. Dan kejadian itu pun terus berulang sampai gua merasa puas. Nah, ketika gua puas “Oke, aku mau tidur ma sekarang”. Dan ketika gua liat ke arah nyokap dia udah tertidur pulas. Gua pun ngga berani banguninnya, akhirnya nyokap gua yang tidur siang, dan gua beralih nonton TV.
***
Hari-hari gua disaat kecil sering dihabiskan bareng teman-teman kecil gua yang namanya Bintang, Alex, Andrew, Julio dan masih banyak lagi. Ya, walaupun saat ini kita semua udah pada pisah dan udah bener-bener jarang main atau bahkan ketemu sekalipun, gua tetep suka inget memori kecil yang gua alami bersama mereka semua. Bahkan gua udah bertahun-tahun ngga ketemu beberapa teman kecil gua itu, dan sekarang yang masih sering ketemu cuman Alex dan andrew doang. Kesibukan di usia dewasa membuat gua harus mengorbankan memori kecil gua bersama mereka.

Banyak kenakalan yang bakal jadi kenangan. Mungkin suatu saat nanti gua bakal rindu dengan suara deru kaki berlari kami, ketika dikejar bapa-bapa karena melempar petasan korek kerumah mereka. Atau mungkin, gua akan rindu dengan kenangan bagaimana gua yang suka bekerja sama dengan teman-teman gua, untuk menjadikan satu orang “tertentu” biar jaga terus dalam permainan petak umpet/bite 7. Emang bener kata adam levine dalam lagu lost stars “God, tell us the reason. Youth is wasted on the young…” mungkin relasi lagu ini dengan cerita gua, cuman gua yang tau.

So, that’s all, ghost reader.
Stay alive, and don’t forget to breath and blink.
Waktu ga bisa terulang, jadi… nikmatin aja “enjoy your time for get a joy, before the killjoy coming like a pinoy ! ” #EggRAP.

Wednesday, 8 July 2015

Ambisi Seragam Putih Merah, masih adakah ?

Hello, Yo wassuppp ghost reader !
How going is your life ?
Hmm, berhubung ini postingan yang akan sedikit serius, gua bakal merubah pola bahasa gua ke “Mendekati EYD mode”. Oks !

Kali ini saya akan kembali memberikan postingan mengenai pandangan akan suatu hal, dan ini bukan cerita tentang masa kecil atau masa bodohnya diri saya sendiri. Saya sekarang ini semakin pesimis akan ambisi saya dulu. Saya dulu punya beberapa kerabat yang membuat saya optimis akan ambisi  tentang kembalinya persatuan Indonesia. Saya dulu punya kerabat dekat dari beberapa etnis dan agama yang membuat saya berpikir akan bisa kembali bersatunya Indonesia. Tapi sekarang, beberapa dari mereka ada yang lost contact dengan saya. Entah mereka masih berpikir seperti saya sekarang ini atau tidak. Berpikir tentang keinginan yang dulu kami utarakan saat masih berseragam putih merah, lengkap dengan celana merah pendek sampai atas pusar.

 ( Ilustrasi : J.A.P.)

Saya mungkin bukanlah satu-satunya yang menginginkan perdamaian, terlebih lagi di Tanah air sendiri. Saya seakan sedikit mengerti, mengapa ada beberapa orang yang seakan sengaja melupakan tanah air mereka, Indonesia. Mungkin, beberapa dari mereka pernah merasakan apa yang saya rasakan saat ini. Putus asa, gelisah, ataupun sedih tentang bagaimana kondisi Negaranya, tanah air Indonesia. Saya yang dulu mungkin orang yang sangat senang akan keberagaman dan persatuan, namun seiring berjalannya waktu saya menjadi orang yang lebih realistis, atau bisa disebut… pesimis akan persatuan.

Saya pernah bertanya kepada orang tua saya waktu SD seperti ini, “kenapa di dalam Indonesia banyak perbedaan ?  kan negaranya satu”. Orang tua saya saat itu hanya menjawab dengan jawaban yang edukatif, dengan berbicara “Kan semboyan negara kita bhineka tunggal ika”. Saya yang waktu kecil saat itu hanya mengangguk dan tidak berpikir bercabang. Namun, saat ini saya memiliki beberapa jawaban pahit yang tidak bisa saya utarakan kepada diri saya sendiri.

Saya bingung, kenapa orang dulu yang notabene tidak berkuliah tinggi memiliki pola pikir yang lebih jauh dari pada orang yang mengaku cendekiawan berpendidikan tinggi saat ini ?. Apakah ini kemunduran, atau kemajuan yang bersifat seperti lingkaran yang akan kembali ke titik nol dimana garis elips itu dimulai ?

Orang saat ini melupakan darimana dan bagaimana cikal bakal Indonesia bisa terbentuk dan terbangun. Ayo, buka mata kalian ! Para pahlawan di zaman perang dulu saya yakin tidak memandang perbedaan dalam memperjuangkan persatuan dan kedaulatan Indonesia. Tapi sekarang apa ? kita semua seakan membuat benteng yang terbangun oleh waktu yang bergulir, benteng yang semakin memisahkan, benteng yang semakin memberikan jarak antara satu golongan dan golongan lain. Apa perlu Indonesia kembali terancam kesatuan dan kedaulatannya agar benteng itu bisa hancur dan kita kembali bersatu ?, saya memilih untuk tidak.

Beberapa hal yang membuat saya miris adalah ketika teknologi yang di temukan oleh kaum cendekiawan masa lalu digunakan oleh individu tidak kreatif, yang hanya bisanya memberikan doktrin negatif kepada individu lain untuk membenci, memfitnah, atau bahkan mengutuki suatu golongan tertentu. Mungkin tidak semua orang mampu menyaring informasi dengan seksama, karena ada beberapa orang yang sangat mudah disulut apinya dengan beberapa artikel yang menjurus memojokan satu golongan. Banyak orang yang menggunakan doktrin itu untuk menguntungkan kepentingan golongan mereka, dan mereka akan sangat senang jika misi kelam mereka terwujud.

Mungkin benar kata salah satu teman saya yang berbicara seperti ini “Percuma, kita emang udah diciptakan untuk terpecah belah, kita semua ngga bakal bersatu, selama Indonesia sekarang masih menjadi Indonesia”.  Saya hanya terdiam dan tidak bisa membayangkan apa-apa lagi setelah teman saya berbicara seperti itu. Ambisi saya ketika berseragam putih merah itu pun seakan tersapu gelombang besar, ambisi saya hanya seperti istana pasir yang berada di tepi pantai. Ya, mungkin perkataan teman saya benar  akan kemustahilan ambisi saya. Tapi, bukankah untuk membangun suatu rumah selalu dimulai dengan satu batu bata ?

saya yang sekarang hanya terus berusaha untuk memelihara ambisi saya ini, ambisi tentang bersatunya Indonesia. Saya mungkin hanyalah salah satu batu bata yang masih percaya untuk membangun rumah kesatuan, tapi saya yakin diluar sana ada banyak bata lain yang menunggu untuk bertemu dengan yang lainnya agar bisa bersatu bersama-sama membangun persatuan yang kokoh untuk menjadi rumah persatuan.

Mungkin salah satu bata itu ada yang sedang membaca postingan ini, atau mungkin kamu salah satunya ? jika kamu punya ambisi yang sama seperti saya, saya harap kita tetap memelharanya, dan menunggu untuk bersama-sama meletakan bata demi bata agar terbangun pondasi kesatuan yang kokoh.

Mungkin semua itu bisa dimulai dengan sifat bertoleransi, dan menghargai setiap orang pribumi.
Respect each other and perfectness of peaceful, would come after.

So that’s all my ghost reader !
I hope we’ll meet again in different Indonesia condition for a long time came.
Stay alive and don’t forget to breath and blink.
J