Hello, Yo wassuppp
ghost reader !
How going is your life
?
Hmm, berhubung ini
postingan yang akan sedikit serius, gua bakal merubah pola bahasa gua ke
“Mendekati EYD mode”. Oks !
Kali ini saya akan
kembali memberikan postingan mengenai pandangan akan suatu hal, dan ini bukan
cerita tentang masa kecil atau masa bodohnya diri saya sendiri. Saya sekarang
ini semakin pesimis akan ambisi saya dulu. Saya dulu punya beberapa kerabat
yang membuat saya optimis akan ambisi tentang kembalinya persatuan Indonesia. Saya dulu
punya kerabat dekat dari beberapa etnis dan agama yang membuat saya berpikir
akan bisa kembali bersatunya Indonesia. Tapi sekarang, beberapa dari mereka ada
yang lost contact dengan saya. Entah
mereka masih berpikir seperti saya sekarang ini atau tidak. Berpikir tentang
keinginan yang dulu kami utarakan saat masih berseragam putih merah, lengkap
dengan celana merah pendek sampai atas pusar.
( Ilustrasi : J.A.P.)
Saya mungkin bukanlah
satu-satunya yang menginginkan perdamaian, terlebih lagi di Tanah air sendiri.
Saya seakan sedikit mengerti, mengapa ada beberapa orang yang seakan sengaja
melupakan tanah air mereka, Indonesia. Mungkin, beberapa dari mereka pernah
merasakan apa yang saya rasakan saat ini. Putus asa, gelisah, ataupun sedih
tentang bagaimana kondisi Negaranya, tanah air Indonesia. Saya yang dulu
mungkin orang yang sangat senang akan keberagaman dan persatuan, namun seiring
berjalannya waktu saya menjadi orang yang lebih realistis, atau bisa disebut…
pesimis akan persatuan.
Saya pernah bertanya
kepada orang tua saya waktu SD seperti ini, “kenapa di dalam Indonesia banyak
perbedaan ? kan negaranya satu”. Orang
tua saya saat itu hanya menjawab dengan jawaban yang edukatif, dengan berbicara
“Kan semboyan negara kita bhineka tunggal ika”. Saya yang waktu kecil saat itu
hanya mengangguk dan tidak berpikir bercabang. Namun, saat ini saya memiliki
beberapa jawaban pahit yang tidak bisa saya utarakan kepada diri saya sendiri.
Saya bingung, kenapa
orang dulu yang notabene tidak berkuliah tinggi memiliki pola pikir yang lebih
jauh dari pada orang yang mengaku cendekiawan berpendidikan tinggi saat ini ?.
Apakah ini kemunduran, atau kemajuan yang bersifat seperti lingkaran yang akan
kembali ke titik nol dimana garis elips itu dimulai ?
Orang saat ini
melupakan darimana dan bagaimana cikal bakal Indonesia bisa terbentuk dan
terbangun. Ayo, buka mata kalian ! Para pahlawan di zaman perang dulu saya
yakin tidak memandang perbedaan dalam memperjuangkan persatuan dan kedaulatan
Indonesia. Tapi sekarang apa ? kita semua seakan membuat benteng yang terbangun
oleh waktu yang bergulir, benteng yang semakin memisahkan, benteng yang semakin
memberikan jarak antara satu golongan dan golongan lain. Apa perlu Indonesia
kembali terancam kesatuan dan kedaulatannya agar benteng itu bisa hancur dan
kita kembali bersatu ?, saya memilih untuk tidak.
Beberapa hal yang
membuat saya miris adalah ketika teknologi yang di temukan oleh kaum
cendekiawan masa lalu digunakan oleh individu tidak kreatif, yang hanya bisanya
memberikan doktrin negatif kepada individu lain untuk membenci, memfitnah, atau
bahkan mengutuki suatu golongan tertentu. Mungkin tidak semua orang mampu
menyaring informasi dengan seksama, karena ada beberapa orang yang sangat mudah
disulut apinya dengan beberapa artikel yang menjurus memojokan satu golongan.
Banyak orang yang menggunakan doktrin itu untuk menguntungkan kepentingan
golongan mereka, dan mereka akan sangat senang jika misi kelam mereka terwujud.
Mungkin benar kata
salah satu teman saya yang berbicara seperti ini “Percuma, kita emang udah
diciptakan untuk terpecah belah, kita semua ngga bakal bersatu, selama
Indonesia sekarang masih menjadi Indonesia”. Saya hanya terdiam dan tidak bisa membayangkan
apa-apa lagi setelah teman saya berbicara seperti itu. Ambisi saya ketika
berseragam putih merah itu pun seakan tersapu gelombang besar, ambisi saya
hanya seperti istana pasir yang berada di tepi pantai. Ya, mungkin perkataan
teman saya benar akan kemustahilan
ambisi saya. Tapi, bukankah untuk membangun suatu rumah selalu dimulai dengan
satu batu bata ?
saya yang sekarang
hanya terus berusaha untuk memelihara ambisi saya ini, ambisi tentang
bersatunya Indonesia. Saya mungkin hanyalah salah satu batu bata yang masih
percaya untuk membangun rumah kesatuan, tapi saya yakin diluar sana ada banyak
bata lain yang menunggu untuk bertemu dengan yang lainnya agar bisa bersatu
bersama-sama membangun persatuan yang kokoh untuk menjadi rumah persatuan.
Mungkin salah satu
bata itu ada yang sedang membaca postingan ini, atau mungkin kamu salah satunya
? jika kamu punya ambisi yang sama seperti saya, saya harap kita tetap
memelharanya, dan menunggu untuk bersama-sama meletakan bata demi bata agar
terbangun pondasi kesatuan yang kokoh.
Mungkin semua itu bisa
dimulai dengan sifat bertoleransi, dan menghargai setiap orang pribumi.
Respect each other and
perfectness of peaceful, would come after.
So that’s all my ghost
reader !
I hope we’ll meet
again in different Indonesia condition for a long time came.
Stay alive and don’t
forget to breath and blink.
J
No comments:
Post a Comment
Komentarlah sewajarnya, sebelum komentar itu dilarang.