Sebentar, celana gua
melorot . . . oke, disini gua sebagai pemuda Indonesia, sekarang gua udah mulai
sadar dikit demi dikit kalau kita yang pemuda ini harus benar-benar harus tau
apa budaya yang bangsa kita punya serta sejarah tentang merdekanya Republik
Indonesia. MERDEKA ! ! !
Museum… mungkin
beberapa dari kita suka berpikir kalo museum hanyalah tempat kuno yang sunyi
dan biasanya hanya dijadikan alternatif terakhir buat jalan-jalan, karena biaya
tiketnya yang murah, dan kamar mandinya ngga bayar. Tapi museum juga adalah
tempat memelihara benda-benda bersejarah yang memiliki nilai ekplisit yang tak
ternilai. Karena dibalik benda-benda di museum selalu terdapat cerita historis
( tidak termasuk petugas tiket, staff museum, dan securitynya).
Jadi, sebelumnya gua
udah mikir kalau jalan-jalan yang gua lakuin di liburan semester 1 ini harus
bener-bener edukatif. Setelah di postingan sebelumnya gua pergi ke Monas,
perjalanan gua dihari itu belum selesai, soalnya kata temen gua si Aini
ternyata ada museum deket Monas ini, yaitu Museum gajah (Museum Nasional).
Pertama kali gua denger itu gua langsung mikir kalau museum itu muat
fosil-fosil gajah, terus ada replika mammoth gede. Kita sempet tersesat 30
menit di Monas buat nyari jalan keluar biar langsung ke Museum Gajah, temen gua
sampe ada yang berhalusinasi sama tong sampah berbentuk ayam (sebenarnya gua
agak bingung ini ayam apa penguin), bahkan dia mengelus sambil sesekali ngajak
ngomong ayam yang mirip penguin itu.
Jadi sebelumnya kita
sempat nyari pake GPS, tapi yang ada si GPS malah nunjukin jalan yang sesat.
Tiba-tiba si Aziz ngomong bak malaikat turun dari tangga “jalannya lewat sini
(sambil nunjuk-nunjuk), gua yakin banget, udah… percaya sama gua !”. Mungkin
karena keyakinannya itu yang membuat dia jadi berhalusinasi sama tong sampah
ayam mirip penguin, serta karena kita terus berjalan tapi ngga ketemu-ketemu
itu museum. Untungnya waktu itu ada polisi, terus semuanya sepakat buat si Ria
yang kali ini giliran nanya, tapi dia bilang takut nanyanya. Entah apa dia ada
trauma sama polisi atau dia takut ditangkep di Monas karena dikira mencoba
jualan ke polisi di Monas.
Ria pun bertanya
sambil ngumpetin dagangannya “Pak kalau mau ke museum gajah dimana ?”, Bapak
itu jawab “Disebelah sini sebenarnya deket, tapi gerbangngngya dikunci, jadi
harus lewat gerbang depan… lagian juga ini udah sore mungkin udah tutup”. “ohh…
makasih Pak” si pedagang Ria pun menjawab. Kita pun kembali berjalan mencari
Museum Gajah.
Setelah melewati
halang rintang tulang berulang (?), akhirnya kita sampai di museum gajah,
sebelum gua masuk, tiba-tiba gua ada ingatan yang terbesit di otak gua setelah
melihat artefak batu berbentuk bundar mirip gong. Dan lambat laun gua inget,
ternyata gua pernah ke tempat ini waktu study tour sekolah kelas 6 SD, udah 7
tahun gua ngga ketempat ini, seolah-olah gua melihat bayangan gua yang lagi
berlari-larian waktu SD (lebay). Banyak artefak yang gua liat tapi ada satu
artefak yang nyita perhatian gua, ada artefak pispot zaman prasejarah. Ternyata
nenek moyang kita udah make pispot duluan, sayangnya gua ngga sempet foto.
Belom lama di museum,
seketika ada satpam yang nyamperin, gua kirain si Ria mau ditangkep karena
dicurigai pengen dagang di museum, tapi si satpam malah ngomong gini ke gua
“Mas, permisi... waktu mas tinggal 20 menit lagi….”,sebelum dia mengakhiri
pembicaraannya terbesit imajinasi kalau gua bakal dikasih potongan artefak dan
dia akan bilang ‘mas harus mencocokan potongan artefak yang terpisah ini, kalau
mas berhasil, mas bakal dapet hadiah berupa patung gajah dengan pispotnya !’.
Terus nanti ada kamera men yang langsung mengikuti kami seolah lagi di acara
variety show bernama “artefak kaget”. Namun, lamunan gua langsung buyar setelah
satpam melanjutkan pembicarannya “….
Soalnya sebentar lagi museum mau ditutup pukul 16.00”. Gua pun menjawab dengan
penuh sadar “Oke Pak, terimakasih infonya”.
Setelah sebelumnya gua
ngga sempet foto sama pispot prasejarah, kali ini gua ngga boleh ngelewatin
foto sama salah satu patung yang bener-bener punya daya tarik sensual ini,
karena ada sesuatu berbentuk mirip kepala kura-kura leher panjang yang menempel
di itunya. (gua yang kedua dari kiri, maksudnya yang kiri)
***
Ada sedikit kebanggaan
yang muncul dari perjalanan gua di hari itu, dari ke dua tempat itu ada banyak
bule yang datang. Gila ngga sih, ketika banyak warga negaranya yang mencoba
untuk memodernkan diri mengikuti
perkembangan zaman, malah ada banyak orang asing yang mau tau tentang sejarah
negara lain yang notabene bukanlah tanah airnya. Padahal menurut gua, buat
tipikal anak muda yang kebanyakan suka selfie di foodcourt mall atau kamar
mandi mall, Museum lebih berkualitas buat jadi latar selfie, daripada
ada kloset atau piring kotor yang jadi latar.
Ya sesekali sih
bolehlah dateng ke museum, kan ntar lucu jadinya kalo orang asing lebih
mengetahui sejarah Indonesia dibanding warga negaranya sendiri, gua sadar
ternyata gua belum menjadi warga negara yang baik. Budayakan budaya sendiri
sebelum jadi “pembudidayaan” warga asing, MERDEKA ! ! !
No comments:
Post a Comment
Komentarlah sewajarnya, sebelum komentar itu dilarang.